Powered By Blogger

Senin, 13 Juni 2011

EKONOMI INTERNASIONAL PAUL R. KRUGMAN & MAURICE OBSTEFLD (Hasil Ringkasan)

BAB 1
PENDAHULUAN

Ekonomi Internasional menggunakan metode-metode dasar yang sama dengan yang digunakan cabang- cabang lainnya dari ilmu ekonomi, karena pada dasarnya motif dan perilaku dari setiap individu dan perusahaan dalam perdagangan internasional persis sama dengan yang dijumpai dalam traksaksi-transaksi domestik.
Tema khusus yang akan selalu muncul dalam pembahasan Ekonomi internasional, yaitu:
1. Keuntungan Perdagangan (Gain from trade)
Apabila suatu negara menjual barang dan jasa kepada negara lain, maka manfaat atau keuntungan hampir akan diperolah kedua belah pihak.
2. Pola Perdagangan
Para ekonom tidak akan dapat membahas dampak-dampak perdagangan internasional atau menyarankan perubahan kebijakan pemerintah mengenai perdagangan secara meyakinkan tanpa pemahaman teoritis yang memadai untuk menjelaskan perdagangan internasional yang diamati dari kondisi nyata. Itulah sebabnya setiap upaya dalam menjelaskan pola perdagangan internasional- siapa yang menjual apa kepada siapa- telah menjadi topik yang paling menarik perhatian di kalangan ahli ekonomi internasional
3. Proteksionisme
Merupakan suatu kebijakan pembatasan perdagangan internasional untuk menghindarkan persaingan internasional yang ditimbulkan industri-industri domestik.
4. Neraca Pembayaran (Balance of Payments)
Catatan atas seluruh transaksi ekonomi dari suatu negara dangan negara-negara lain.
5. Penentuan Nilai Tukar
Selama hampir seabad silam, nilai tukar ditetapkan oleh keputusan pemerintah dan bukannya ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Sebelum Perang Dunia Pertama, nilai sebahagian besar mata uang ditetapkan dengan acuan emas, sedangkan setelah Perang Dunia kedua nilai kebanyakan mata uang ditetapkan dengan mengacu pada Dolar Amerika serikat. Analisis tentang sistem moneter internasional yang mengatur penentuan nilai tukar masih dalam pokok bahasan penting, khususnya karenaa kemungkinan bagi kembalinya sistem moneter internasional kepada sistem nilai tukar tetap/ baku masih cukup besar.
6. Koordinasi kebijakan Internasional
7. Pasar Modal Internasional
Pasar modal Internasional berbeda dari pasar modal nasional (domestik). Pasar Internasional mampu menembus peraturan-peraturan khusus yang diberlakukan oleh banyak negara terhadap investasi asing; pasar internasional itu tidak jarang juga mampu menciptakan peluang – peluang untuk menghindari peraturan-peraturan ketat yang diberlakukan oleh suatu negara terhadap passar domestik.

Ekonomi Internasional : Perdagangan dan Keuangan
Ilmu ekonomi tentang perekonomian internasional pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua sub bidang besar: studi tentang perdagangan internasional dan studi mengenai keuangan internasional. Analisis perdagangan internasional terutama menitikberatkan pembahasannya kepada transaksi-transaksi rill dalam perekonomian internasional, yaitu transaksi yang meliputi pergerakan barang dan jasa secara fisik atau suatu komitmen atas sumber daya ekonomi yang konkret.
Dalam kenyataanya tidak ada garis pemisah yang tegas antara persoalan-persoalan perdagangan dan moneter. Sebagian besar perdagangan internasional melibatkan transaksi-transaksi moneter. Pembedaan antara perdagangan internasional dan kuangan internasional merupakan hal yang berfaedah.



BAB 2 PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF MODEL RICARDO

Setiap negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama, yaitu : negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Yang kedua negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan untuk mencapai apa yang lazim disebut skala ekonomis dalam produksi.
Dalam-dalam dunia nyata, pola-pola perdagangan internasional mencerminkan adanya interaksi yang terus menerus dari kedua motif ini.

Konsep Keunggulan Komparatif
Perdagangan Internasional dapat meningkatkan output dunia karna memungkinkan setiap negara sesuatu yang keunggula komparatifnya dapat ia kuasai. Suatu negara memiliki keunggulan komperatif dalam memproduksi suatu barang kalau biaya pengorbanannya dalam memproduksi barang tersebut lebih rendah dari pada negara-negara lain.
Pada bab ini akan diuji model perdagangan Ricardo, model paling sederhanan yang ternyata bisa menunjukkan bagaimana perbedaan-perbedaan di antara negara-negara membuka peluang bagi berlangsungnya hubungan perdagangan di antara semua negara itu untuk memperoleh keuntungan perdagangan . Dalam model Ricardo ini, tenaga kerja merupakan salah satu produksi dan negara- negara hanya berlainan dalam tingkat produktivitas tenaga kerja di industri-industri tertentu.
Dalam model Ricardo, suatu negara diprediksikan akan mengekspor barang –barang yang mampu diproduksi oleh tenaga kerjanya relatif labih efisien, dan mengimpor barang-barang yang diproduksi tenaga kerja nya relatif kurang efisien. Dengan kata lain, pola produksi suatu negara ditentukan oleh keunggulan komperatif.
Perdagangan memberikan keuntungan bagi suatu negara, dan ini dapat ditunjukkan lewat dua cara. Pertama, kita dapat meninjau perdagangan sebagai metode produksi secara tidak langsung. Sebagai alternatif dari memproduksi sendiri suatu barang, suatu negara dapat memproduksi barang lain dan memperdagangkannya sebagai penukar untuk memperoleh barang yang diinginkan. Model Ricardo yang sederhana itu bisa menunjukkan bahwa melalui kegiatan impor negara bersangkutan akan duntungkan karena produksi secara tidak langsung ini membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan dengan produksi secara langsung.Kedua, kita dapat menunjukkan selalu adanya keuntungan-keuntungan dari kegiatan perdagangan atas dasar fakta semakin luasnya kemungkinan-kemungkinan konsumsi bagi penduduk suatu negara, yang pada hakikinya merupakan salah bentuk dari keuntungan perdagangan itu sendiri.
Distribusi keuntungan perdagangan tergantung pada harga relatif barang yang diproduksi oleh negara-negara yang aktif melakukan perdagangan internasional. Untuk menentukan harga relatiif ini, kita perlu memperhatikan aspek aspek penawaran dan aspek permintaan relatif dunia atas barang yang diperdagangkan. Harga relatif ini selajutnya menentukan tingkat upah relatif.
Dalil yang mengatakan bahwa perdagangan memberikan manfaaatau keuntungan berlaku secara umum. Karenanya, tidak ada persyaratan bahwa suatu negara harus menang mutlak dalam persaingan, atau perdagangan harus adil. Kita dapat menunjukkan kekeliruan yang meliputi tiga keyakinan yang umumnya dianut oleh kalangan awam . Pertama, suatu negara akan memperoleh keuntungan perdagangan meskipun negara tersebut memiliki produktivitas yang lebih rendah dengan mitra dagangnya di semua industri atau sektor ekonomi. Kedua, perdagangan akan menguntungkan meskipun industri diluar negeri memiliki daya saing hanya karena tingkat upahnya rendah. Ketiga, perdagangan akan tetap bisa membuahkan keuntungan meskipun ekspor suatu negara membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan impornya.
Meskipun sebagian prediksi model Ricardo memang tidak realistik, namun prediksi utamanya,yakni bahwa suatu negara cendrung mengekspor barang-barang dimana mereka memiliki produktivitas yang relatif tinggi, benar-benar ditunjang oleh bukti empiris yang diperoleh dari sejumlah penelitian.

Contoh
Jutaan mawar Ribuan komputer
Amerika serikat -10 +100
Amerika selatan +10 -30
Total 0 +70

Perbedaan biaya opurtunitas membuka peluang bagi pembagian kerja yang akan meguntungkan semua pihak. AS tidak perlu menanam mawar sediri dan lebih baik memproduksi komputer. Sedangkan Amerika Selatan tidak perlu membuuat komputer dan berkonsentrasi menanam bunga mawar. Dengan demikian
Amerika Selatan memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi mawar musim dingin sedangkan AS memiliki keunggulan komparatif dalam membuat komputer standart hidup di kedua negara akan sama-sama meningkat jika kemudian AS memasok kebutuhan komputer untuk Amerika Selatan, sedangkan Amerika Selatan memasok kebutuhan mawar di AS. Perdagangan antar kedua negara akan menguntungkan kedua pihak jika masing-masing negara memproduksi dnmengekspor produk yang keunggulan komperatifnya ia kuasai.


BAB 3 FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI SPESIFIK DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Menurut david ricardo model ini mengasumsikan adanya suatu perekonomian rekaan yang hanya memproduksi dua jenis barang, dan perekonomian tersebut bisa mengalokasikan seluruh tenaga kerjanya di antara kedua sektor tersebut. Namun, tidak seperti model ricardo, model faktor spesifik memperhitunkan adanya faktor-faktor produksi lain di luar tenaga kerja.
Perdagangan Internasional sering kali memberikan pengaruh yang kuat, baik positif maupun negatif terhadap pola distribusi pendapatan di dalam suatu negara, sehingga pendapatan suatu negara itu sering memunculkan pihak-pihak yang dirugikan , dan sebaliknya pihak-pihak yang memetik keuntungan.dampak perdagangan internasional terhadap pola distribusi pendapatan tersebut mencuat karena dua alasan, faktor-faktor produksi tidak dapat berpindah dengan cepat dan murah dari satu sektor ke lain sektor dan perubahan-perubahan dalam keragaman output yang mempunyai dampak yang berbeda terhadap tingkat permintaan atas berbagai faktor produksi.
Model yang paling relevan dan bermanfaat untuk membahas dampak perdagangan terhadap distribusi pendapatan adalah model faktor spesipik. Dikatakan paling relevan dan bermanfaat, karena model ini memungkinkan diperhitungkannya perbedaan antara faktor-faktor produksi yang bisa dignakan di sektor mana pun dan bisa berpindah antar sektor, dan faktor-faktor spesifik yang hanya bisa digunakan dalam sektor-sektor tertentu saja. Dalam model ini diperlihatkan bahwa perbedaan-perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dapat menyebabkan negara-negara memiliki kurva penawaran relatif yang berbeda satu sama lain . hal itulah sesungguhnya yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional.
Dalam model faktor spesifik, faktor-faktor produksi yang spesifik pada sektor ekspor di setiap negara biasanya memperoleh keuntungan dari adanya kegiatan perdagangan , sementara faktor-faktor spesifik pada sektor yang besaing dengan impor menderita kerugian. Faktor-faktor yang bisa berpindah dan dapat bekerja di sektor mana saja bisa beruntung namun bisa juga merugi dengan adanya perdagangan.
Kegiatan perdagangan dapat menghasilkan keuntungan bagi suatu perekonomian secara keseluruhan, namun ini hanya diletakkan dalam pengertian yang terbatas mengingat bahwa tidak semua pihak dalam perekonomian itu diuntungkan. Dikatakan menguntungkan secara keseluruhan karena peningkatan kesejahteraan dari pihak-pihak yang memperoleh keuntungan pada dasarnya dapat mengkompensasi penurunan kesejahteraan dari pihak-pihak yang merugikan.Ddengan demikian, kesejahteraan dari suatu perekonomian yang melakukan perdagangan cendrung lebih baik daari perekonomian lain yang sama sekali tidak melakukan perdagangan.
Kebanyakan ekonom tidak bersedia menempatkann dampak negatif yang ditimbulkan oleh perdagangan internasional terdhadap distribusi pendapatan sebagai alasan yang kuat bagi suatu negara untuk membatasi perdagangan internasonalnya. Ini karena mereka yakin bahwa damapak-dampak negatif terhadap distribusi yang ditimbulkan oleh perdagangan tersebut tidak ada bedanya dengan dampak negatif serupa yang diakibatkan oleh berubahan-perubanhan ekonomi lainnya. Lebih lanjut, para ekonom lebih suka membahas persoalan distribusi yang ditimbulkan oleh perdagangan tersebut biasanya lebih suka membahas masalah distribusi pendapatan secara langsung tanpa harus mengaitkannya dengan keedudukan perdagangan sebagai salah satu penyebabnya (karena itu akan memancing campur tangan pemeritah untuk membatasi lalulintas perdagangan)
Meskipun demikian, daklam politik kebijakan perdagangan yang ada sesungguhnya, distribusi pendapatan merupakan sesuatu yang amat penting. Hal ini berlaku khususnya karena pihak-pihak yang dirugikan dalam perdagangan bisanya merupakan lebih terdidik , lebih kohesif (lebih kompak), dan juga lebih terorganisir dari pada pihak-pihak memperoleh keuntungan dari perdagangan.


BAB 4 SUMBER DAYA DAN PERDAGANGAN MODEL: HECKHER – OHLIN

Model Heckher – Ohlin ini menunjukan bahwa keunggulan komparatif dipengaruhi secara timbale balik oleh perbedaan-perbedaan di dalam karunia sumber daya antar negara sebagai satu-satunya famtor penentu terjadinya perdagangan internasional.

Model Perekonomian Dengan Dua Faktor Produksi
Setiap perekonomian diasumsikan dapat memproduksi dua barang, dan produksi setiap barang mensyaratkan penggunaan dua faktor produksi. Kedua faktor yang sama digunakan dikedua sektor.
Asumsi
Negara atau perekonomian yang kitaanalisis dapat memproduksi dua jenis barang, yakni: kain (diukur dalam satuan meter) dan bahan pangan atau makanan (diukur dalam satuan unit atau kalori).
Arc = luas tanah (dala satuan hektar) untuk memprosuksi satu meter kain
Alc = jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu meter kain,
Atf = luas tanah yang dibutuhkan untuk memproduksi satu jenis barang,
Alf = jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu kalori makanan,
L = total penawaran tenaga kerja dalam perekonomian yang bersangkutan,
T total penawaran tanah dalam perekonomian yang bersangkutan
Seorang petani dapat memproduksi satuan kalori makanan dengan menggunakanlebih banyak pekerja dan lebih sedikit tanah,atau sebaliknya. maksudnya adalah seorang petani dapat menghasilkan bahan pangan lebih banyak jika pada sebidang tanah yang tetap ia mengerahkan lebih banyak pekerja ( atau bibit, pupuk, dll) untuk menggarapnya. karena itu petani dapat mengurangi pemakaian tanah dan meningkatkan pengguaan tenaga ikerha perunit output. Dengan demikian pada setiap sektor produsen tidak terikat dengan persyaratan input (model Ricardo), melainkan menghadapi berbagai pilihan yang berbeda.
Jika sewa tanah tinggi sedangkan upah pekerja rendah, maka tentunya para petani akan memilih lebih sedikit tanah dan merekrut lebih banyak pekerja. Sebaliknya, kalau sewa tanah murah sedangkan upah pekerja tinggi, petani akan memakai lebih banyak tanah dan membatasi pemakaian tenaga kerja.
Peranan sumber daya dalam perdagangan, kita perlu mengembangkan sebuah model dimana dua barang diproduksi dengan dua macam faktor produksi. Kedua barang itu berbeda dalam kepadatan kandungan atau intensitas faktor produksinya; maksudnya pada nisbah upah sewa tertentu, produksi satu barang menggunakan nisbah tanah terhadap tenaga kerja yang lebih tinggi ketimbang dalam produksi barang lainnya.
Selama satu negara memproduksi dua jenis barang, terdapat hubungan langsung antara harga relatif barang dan harga relatif faktor (maksudnya faktor produksi) yang digunakan untuk membuat barang tersebut. Kenaikan harga barang relatif padat karya akan mengeser distribusi pendapatan; pekerja akan memperoleh kenaikan pendapatan rill(dalam satuan dua jenis barang yang terkait), sedangkan pemilik faktor produksi lain (pemilik tanah) akan berkurang pendapatan riilnya.s
Peningkatan penawaran salah satu faktor produksi, seperti tanah dalam satu perekonomian akan menggeser batas-batas kemungkinan produksi ke sebelah luardengan arah yang bias. Jika harga-harga relatif barang tidak berubah output barang yang banyak menggunakan faktor itu akan bertambah, sedangkan outpun barang lainnya yang banyak menggunakan faktor itu akan berkurang.
Satu negara yang memiliki penawaran sumber daya yang relatif besar terhadap sumber daya lainnya berarti punya kelimpahan atas sumber daya yang bersangkutan. Negara ini akan cendrung, secara relatif memproduksi lebih banyak barang yang secara intensif menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara melimpah itu. Hasil dari observasi ini adalah landasan pokok dari teori Hecksher-Ohlin tentang perdagangan. Setiap negara cendrung mengekspor barang yang secara intensif menggunakan faktor-faktor yang dimilikinya secara melimpah.
Karena perubahan harga-harga relatif barang menimbulkan dampak yang sangat kuat terhadap pendapatan relatif dari setiap pemilik sumber daya , karena perdagangan mengubah harga-harga relatif, maka perdagangan internasonal juga mengakibatkan dampak yang sangat kuat terhadap distribusi pendapatan. Pemilik faktor-faktor yang melimpah di suatu negara akan memperoleh keuntungan dari adanya hubungan dagang itu, namun pemilik faktor-faktor yang langka akan menderita kerugian.
Dalam model yang ideal (sempurna) hubungan internasional akan menyebabkan penyamaan harga-harga faktor seperti tenaga kerja dan modal diantara negara-negara yang berdagang. Namun dalam kenyataanya, penyamaan harga-harga faktor tidak sepenuhnya terjadi sehbung dengan adanya perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kepemilikan sumber daya , hambatan-hambatan perdagangan dan juga perbedaan penguasaan teknlogi antar negara.
Bukti-bukti empiris pada umumnya bersifat negatif terhadap (menyanggah) gagasan yang mengatakan bahwa perbedaan dalam kepemilikan sumberdaya merupakan faktor penentu utama pola perdagangan dunia (baik barang maupun faktor produksi). Dalam kenyataanya, perbedaan teknologilah yang nampaknya memegang peran yang menentukan. Meskipun begitu, model Heckher- Ohlin tetap berguna untuk memahami dampak perdagangan terhadap distribusi perdagangan.


BAB 5 MODEL PERDAGANGAN STANDAR

Model Perdagangan Internasional sbb:
 Model Ricardo : Kem Model Ricardo : Kemungkinan-kemungkinan produksi ditentukan oleh alokasi satu faktor produksi tunggal, yakni tenaga kerja, ke berbagai sektor ekonomi. Model ini menyampaikan gagasan dasar yang penting mengenai keunggulan komparatif, namun tidak memungkinkan kita membahas distribusi pendapatan.
 Model factor spesifik. Kalau tenaga kerja bisa bergerak bebas antar-sektor, ada sejumlah faktor produksi yang bersifat spesifik atau terikat pada sektor tertentu. Model ini sangat baik untuk memahami distribusi pendapatan, namun tidak mampu menjelaskan soal pola perdagangan.
 Model Heckscher-Ohlon: Dalam model ini berbagai faktor produksi dimungkinkan bergerak antar-sektor. Rumusannya lebih rumit, namun perlu diketahui model menyampaikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana keberadaan sumber daya menentukan pola perdagangan.
Model Standar Perekonomian Dagang
Model perdagangan standar (standard trade model) dikembangkan berdasarkan empat hubungan inti:
1. Hubungan antara batas batas kemungkinan produksi dengan kurva penawaran relative
2. Hubungan antara harga-harga relative dengan tingkat permintaan
3. Penentuan kesimbangan dunia dengan penawaran relative dunia dan permintaan relatif dunia
4. Dampak nilai tukar perdagangan (terms of trade)
Model perdagangan standar membentuk kurva penawaran relative dunia dari kemungkinan kemungkinan produksi dan kurva permintaan relative dunia atas dasar prefensi prefensi masyarakat. Harga ekspor relative terhadap impor atau nilai tukar perdagangan suatu Negara, sepenuhnya akan ditentukan oleh perpotongan antara kurva penawaran relative dan kurva permintaan relative dunia. Jika faktor-faktor lain tak berubah (cateris paribus), kenaikan nilai tukar perdagangan suatu Negara akan meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Sebaliknya, penurunan nilai tukar perdagangan dari suatu Negara akan menyebabkan Negara tersebut mengalami kerugian sehingga tingkat kesejahteraan penduduknya terancam akan merosot.
Pertumbuhan Ekonomi dan Batas-batas Kemungkinan Produksi
Dampak pertumbuhan terkadang mengalami bias. Pertumbuhan bias (biased growth), ini terjadi jika batas kemungkinan produksi bergeser ke luar, dimana pergeseran lebih tertuju ke suatu arah daripada kearah arah yang lain. Pertumbuhan ekonomis di suatu Negara berarti adanya suatu pergeseran ke luar dari batas batas kemunkinan produksinya Negara tersebut. Pertumbuhan ini biasanya berarti, batas kemungkinan produksi tersebut biasa bergeser ke luar secara tidak proporsional, melainkan bergerak lebih jauh ke salah satu arah, yakni kearah produksi beberapa barang tertentu, dibandingkan dengan arah ke produksi barang lainnya. Dampak seketika dari adanya pertumbuhan yang bias adalah kalau hal hal lainnya tidak berubah terjadinya peningkatan penawaran relative dunia dari barang barang di mana pertumbuhan bias terhadapnya. Pergeseran kurva relative dunia nin selanjutnya menyebabkan perubahan dalam nilai tukar perdagangan, yang dapat menuju kepada salah satu arah. Seandainya nilai tukar perdagangan Negara tersebut mengalami kemajuan atau perbaikan, amaka perbaikan ini akan memperkuat pertumbuhan ekonomi yang mulai bersemi sejak awal di dalam negeri, namun di sisi lain akan merugikan Negara Negara lain. Jika pertumbuhan nilai tukar perdagangan Negara tersebut memburuk, penurunan ini akan menghilangkan beberapa dampak yang menguntungkan dari adanya pertumbuhan di dalam negeri dan justru akan menguntungkan Negara Negara lain.
Arah dampak terhadap nilai tukar perdagangan bergantung kepada karakteristik pertumbuhan ekonomis yang berlangsung. Pertumbuhan yang bias terhadap ekspor (pertumbuhan yang lebih meningkatkan kemampuan perekonomian yang bersangkutan untuk memproduksi barang barang yang sejak lama telah menjadi andalan eksponyar lebih besar daripada meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang barang yang bersaing dengan impor) akan memperburuk nilai tukar perdagangan. Sebaliknya, pertumbuhan yang bias terhadap impor, yang secara tidak proporsional akan meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang barang yang bersaingdengan impor, cenderung memperbaiki nilai tukar perdagangan suatu Negara. Mungkin saja pertumbuhan yang bias terhadap impor itu akan merugikan Negara yang bersangkutan. Hal ini dialami oleh Amerika Serikat pada masa yang panjang sejak usainya Perang Dunia Kedua.
Transfer pendapatan internasional seperti pampasan perang dan arus bantuan luar negeri bias mempengaruhi nilai tukar perdagangan suatu Negara lewat pergeseran kurva permintaan relative dunia. Jika suatu Negara yang menerima transfer pendapatan keudian membelanjakan dalam proporsi yang lebih besar daripada peningkatan pendapatan berupa transfer itu, maka transfer tersebut meningkatkan permintaan relative dunia terhadap barang barang yang diekspor oleh Negara penerima dan karenanya akan dapat memperbaiki nilai tukar perdagangannya. Perbaikan ini memperkuat dampak transfer dan memberikan keuntungan secara tidak langsung yang menambah transfer pendapatan langsung. Pada sisi lain, jika Negara penerima mempunyai kecenderungan pembelanjaan marjinal yang lebih rendah dibandingkan dengan Negara sumber atau pemberi transfer, maka transfer tersebut akan memperburuk nilai tukar perdagangan Negara penerima, atau paling tidak mengurangi dampak positif langsung yang akan dibuahkan oleh transfer itu.
Dalam kenyataannya, banyak Negara yang lebih banyak mengadakan pembelanjaan atas barang barang yang diproduksi di dalam negeri daripada barang barang impor. Hal ini tidak selamanya disebabkan oleh perbedaan perbedaan dalam selera, akan tetapi bisa juga disebabkan oleh adanya berbagai macam hambatan perdagangan, baik itu yang alamiah maupun yang artificial, yang selanjutnya menyebabkan banyak barang menjadi tidak dapat diperdagangkan secara internasional. Jika barang barnag yang tidak dapat diperdagangkan secara internasional itu bersaing dengan barang barang ekspor dalam penggunaan sumber daya, maka keberadaan transfer biasanya akan meningkatkan nilai tukar perdagangan Negara penerima. Bukti bukti empiris yang berhasil dikumpulkan menunjukkna secara jelas bahwa hal tersebut memang sering terjadi.
Tarif impor dan subsidi ekspor menimbulkan pengaruh yang kuat, baik terhadap penawaran relatif maupun permintaan relative dari barang barang yang diimpor oleh suatu Negara. Penerapan tariff akan meningkatkan penawaran relative produk impor dari suatu Negara, dan sekaligus akan menurunkan permintaan relatifnya. Pemberlakuan tariff akan dapat memperbaiki nilai tukar perdagangan dari suatu Negara dan merugikan Negara Negara lain. Subsidi ekspor memunculkan dampak dampak yang sebaliknya yakni ia akan meningkatkan penawaran relative dan menurunkan permintaan relative untuk barang ekspor suatu Negara dan karenanya memperburuk nilai tukar perdagangan.
Adanya dampak dampak terhadap nilaitukar perdagangan yang bersumber dari subsisdi ekspor cenderung merugikan Negara yang memberikan subsidi dan menuntungkan Negara Negara lain. Sementara ini, penerapan tariff berdampak sebaliknya. Ini berarti pemberian subsidi ekspor sesungguhnya sama sekali tidak mengandung alas an atau logika ekonomis bila ditinjau dari sudut kepentingan nasional. Betapa tidak, subsidi ekspor justru akan menguntungkan Negara lain atas dasar kerugian Negara pelakunya. Itulah sebabny kalau ada Negara lain yang memberikan subsidi ekspor kepada kalangan pengusahanya, maka hal tiu hendaknya kita sambut dengan gembira karena hal itu akan menguntungkan kita (bukannya ditentang atau dikecam). Namun, baik tariff maupun subsidi sama sama menimbulkan dampak negative yang kuat terhadap distribusi pendapatan di dalam suatu Negara, dan dampak ini lebih diperhtungkan dalam perumusan kebijakan dibandingkan dengan pertimbangan atas dampaknya terhadap nilai tukar perdagangan.

BAB 6 SKALA EKONOMIS, PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Skala Ekonomis dan Struktur Pasar
Skala ekonomis eksternal (external economisof scale) akan tercipta apabila jumlan biaya per uhit sudah tergantung pada besarnya industri, tidak perlu pada besarnya. Hubungan perdagangan tidak harus bertolak dari keunggulan komparatif. Sebagai alternatifnya, hubungan perdagangan juga dapat bersumber dari imbalan yang terus meningkat (increasing returus) atau skala ekonomis- artinya, dari kecenderungan bahwa biaya makin turun dengan meningkatnya output, skala ekonomis memberikan suatu dorongan bagi Negara Negara untuk melakukan spesialisasi dan melakukan perdagangan satu sama lain, meskipun sumber sumber daya dan tingkat teknologi mereka tidak berbeda. Skala ekonomis bias bersifat internal (tergantung pada ukuran perusahaan) atau eksternal (tergantung pada ukuran sector industry). Skala ekonomis biasanya menyebabkan terciptanya struktur persaingan sempurna tidak dapat terwujud, sehingga arus perdagangan di tengah tengah keberadaaan skala ekonomis harus dianalisis dengan menggunakan model model persaingan tidak sempurna. Dua model penting dari jenis ini adalah model persaingan monopolistic dan model dumping. Model yang ketiga, yakni model ekonomis eksternal, konsisten dengan persaingan sempurna.
Persaingan Monopolistik
Dalam persaingan monopolistik, suatu sektor industry berisi sejumlah perusahaan yang menghasilkan produk produk yang berbeda (differentiated product). Perusahaan perusahaan ini bertindak bagaikan perusahaan monopolistic tunggal, akan tetapi perusahaan perusahaan yang lain dapat dengan bebas memasuki sector industry yang menguntungkan tersebut sampai keuntungan keuntungan monopoli yang dikandungnya habis sama sekali. Kondisi keseimbangannya akan dipengaruhi oleh besarnya ukuran pasar. Pasar yang besar akan mampu menyangga keberadaan lebih banyak perusahaan, dank arena itu biaya rata rata produksi di sector industry atau pasar yang berukuran lebih besar tersebut akan lebih rendah apabila dibandingkan dengan yang ada di pasar kecil.
Perdagangan internasional menciptakan suatu pasar global gabungan yang lebih besar dari pasar nasional yang manapun, dank arena itu memungkinkan ditawarkannya berbagai macam produk yang semakin beragam dengan harga lebih rendah kepada para konsumen.
Dalam model persaingan monopolistik, perdagangan bisa dibagi ke dalam dua jenis. Perdagangan dua arah dalam produk produk yang berbeda di dalam suatu industry yang biasanya disebut sebagai perdagangan industry, serta perdagangan yang menukarkan produk produk suatu industry dengan produk produk industry lainnya yang lazim disebut dengan perdagangan antarindustri. Perdagangan industry itu bertumpu pada skala ekonomis, sedangkan perdagangan intraindustri bertolak dari keunggulan komparatif. Di samping itu, perdagangan intraindustri tidak menciptakan dampak yang kuat terhadap distribusi pendapatan sebagaimana perdagangan intraindustri.
Dumping
Dumping terjadi bila perusahaan monopolistic mengenakan harga yang lebih rendah atas produk ekspor daripada yang dikenakan pada produk yang sama yang dijual di pasaran domestic. Ini merupakan strategi yang seringkali dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan, selama penjualan ekspor memang lebih responsive daripada penjualan domestic dan jika perusahaan perusahaaan tersebut dapat dengan efektif memilah milah pasar, artinya ia bias mengatur sedemikian rupa sehingga konsumen domestic tidak akan membeli barang yang ditujukan untuk pasar ekspor. Dumping timbale balik (reciprocal dumping) terjadi jika perusahaan perusahaan saling melakukan dumping dalam setiap pasar domestic pihak lainnya, dumping timbale balik seperti ini bias menyulut pembukaan dan perkembangan hubungan hubungan perdagangan internasional.
Keuntungan eksternal adalah skala ekonomis yang terjadi pada tingkat industry secara keseluruhan, bukannya pada tingkat perusahaan secara individual. Gejala ini memberikan peranan penting pada factor factor historis, termasuk yang bersifat kebetulan, dalam penetuan pola perdagangan internasional. Jika ekonomis eksternal itu benar benar terjadi, makan suatu Negara yang memulai suatu industry yang besar bias memelihara keunggulan tersebut sekalipun Negara lain secara potensial dapat memproduksi barang barang yang sama dengan biaya lebih murah. Jika ekonomis eksternal itu terjadi sebagian Negara justru bias mengalami kerugian dari berlangsungnya perdagangan.

BAB 7 PERPINDAHAN FAKTOR INTERNASIONAL

Perpindahan faktor (produksi) meliputi migrasi tenaga kerja, transfer moda melalui aneka kegiatan hutang-piutang internasional dan suatu pertalian internasional harus yang terbentuk sehubungan yang beroperasinya perusahaan-perusahaan multinasional. Kecondongan dari fungsi produksi mengukur peningkatan output yang dapat dicapai dengan menggunakan sedikit lebih banyak tambahan tenaga kerja dan ini dikenal sebagai produk marjinal tenaga kerja.
Perubahan Tenaga kerja akan mempengaruhi jumlah output jika jumlah tanahnya sama. Semakin besar penawaran tenaga kerja akan seaki besr outputnya, namun produk marjinal tenaga kerja terus menurun seiring dengan terus semakin banyaknya jumlah pekerja. Berdasarkan tingkat penyerapan tenaga kerja yang ada produk marjinal menentukan upah riil, karena itu pembayaran total untuk tenaga kerja (upah riil kali pekerja).
Bentuk lain dari integrasi, yaitu peri pindahan internasional dari faktor-faktor produksi atau yang biasa disebut sebagai perpindahan faktor (factor movements). Perpindahan faktor produksi meliputi migrasi tenaga kerja, transfer modal mealalui aneka kegiatan hutang-piutang internasional dan suatu pertalian internasional yang terbentuk sehubungan dengan beroperasinya perusahaan multinasional.
Secara keseluruhan perpindahan faktor antar negara cenderung mengandung lebih banyak masalah dan kesukaran politis bila dibandingkan dengan perdagangan. Oleh karena itu, penrpindahan faktor dengan sendirinya juga cenderung menghadapi kendala lebih besar daripada yang ditemui oleh kegiatan perdagangan barang-jasa.
Asumsikan saja bahwa Domestik dan asing mempunyai teknologi yang sangat tinggi atau kualitasnya, akan tetapi nisbah kepemilikan faktor produksi tanah-tenaga kerjanya secara keseluruhan berbeda. Domestik adalah sebuah negara dengan jumlah tenaga kerja yang melimpah, sedangkan luas tanah yang tersedia terbatas. Sebaliknya, Asing memiliki lahan luas namun jumlah pekerjanya relatif terbatas. Karena itu para pekrja di domestik akan memperoleh pendapaan lebih sedikit dari pekerja asing, sementara pemilik tanah di Domestik akan memperoleh pendapatan lebih besar daripada penghasilan pemilik tanah di Asing. Ini jelas menciptakan suatu rangsangan bagi faktor-faktor produksi itu untuk berpindah. Para pekerja di Domestik akan berusaha pindah ke pemilik asing dan mempeloleh upah yang lebih tinggi, sedangkan para pemilik tanah di Asing, kalau bisa, juga akan senang memindahkan tanah mereka ke Domestik.Karena tanah tidak mungkin di pindahkan maka hanyalah para pekerja yang dipindahkan.
Mobilitas Tenaga Kerja Internasional
Dalam dunia modern, pembatasan-pembatasan terhadap arus tenaga kerja bias dijumpai di semua tempat. Oleh karena itu, mobilitas tenaga kerja internasional, dalam kenyataan sehari-hari, jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan mobilitas modal internasional.
Perpindahan Tenaga Kerja Internasional
Tiga hal pokok yang perlu diperhatikan berkenaan dengan redistribusi total angkatan kerja dunia yaitu:
1. Perpindahan tenaga kerja tersebut akan mengarah pada konvergensi (penyamaan) tingkat upah riil di semua negara. Upah riil akan naik di Domestik, dan turun di Asing sehingga keduanya sama.
2. Perpindahan tersebut akan meningkatkan output dunia secara keseluruhan. Output di Asing akan naik sebesar daerah yang terletak di bawah kurva produk marjinal, sementara output Domestik akan turun sebesar daerah yang sama yang terletak di u bawah kurva produk marjinal.
3. Selain terciptanya keuntungan ini, ada beberapa pihak yang dirugikan oleh perpindahan tenaga kerja yakni para pekerja yang sejak semula mencari nafkah di Asing yang mengalami pengurangan upah.
PEMBERIAN DAN PENERIMAAN PINJAMAN (DANA) INTERNASIONAL
Perpindahan modal antar-negara merupakan salah satu aspek utama dari kegiatan ekonomi internasional. Adalah menarik untuk menganalisis perpindahan modal ini dengan cara yang senada dengan analisis yang telah kita lakukan mengenai mobilitas tenaga kerja dan kadangkala hal ini merupakan latihan yang berguna bagi kita.
Analisis tentang aspek-aspek finansial dari perekonomian internasional merupakan topik penbahasan pada bagian besar buku ini. Dalam beberapa hal, pinjam-meminjam internasional dapat diartikan sebagai suatu jenis perdagangan internasional. Perdagangan ini tidak untuk satu barang ditukar dengan barang lain pada suatu waktu tertentu, tetapi merupakan perdangangan barang-barang yang ada sekarang dengan barang yang baru ada di masa mendatang. Perdagangan semacam ini lazim dikenal sebagai perdagangan antar waktu atau intemporal (intertemporal trade).
PENANAMAN MODAL ASING LANSUNG DAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Perpindahan modal antar negara mengambil bentuk yang berbeda, yakni berupa penanaman modal asing langsung. Yang dimaksud dengan penanaman modal asing langsung adalah suatu arus modal internasional di mana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas operasi atau jaringan bisnisnya di negara-negara lain. Satu ciri yang menonjol dari penanaman modal asing langsung ini adalah hal tersebut melibatkan bukan hanya pemindahan sumber daya, akan tetapi juga memberlakukan pengendalian asing (pihak pemilik modal itu).
Perusahaan-perusahaan multinasional sejak lama telah berfungsi sebagai wahana bagi kegiatan pinjam-meminjam internasional. Perusahaan-perusahaan induk sering mengirimkan modal bagi anak-anak perusahaan di luar negeri, dan ini adalah penanaman modal asing langsung yang merupakan salah satu alternatif untuk mencapai hal yang sama dengan peminjaman internasioanal. Meskipun perusahaan-perusahaan terkadang memang berfungsi wahana untuk arus modal internasional, namun belum tentu penanaman modal asing langsung itu merupakan alternatif utama (yang terbaik) bagi penanaman modal asing adalah untuk memungkinkan pembentukan organisasi-organisasi multinasional. Jadi tujuan utamanya adalah perluasan pengendalian.
Teori Perusahaan Multinasional
Teori modern tentang perusahaan multinasional bertolak dari perbedaan antara dua pertanyaan berikut yang melandasi pertanyaan lalu yang lebih penting atau lebih besar. Pertama, mengapa suatu barang di produksi di dua negara yang berbeda dan bukatentangan di satu Negara saja?Pertanyaan ini dikenal dengan pertanyaan tentang lokasi. Kedua, mengapa produksi di lokasi-lokasi yang berbeda dilakukan oleh perusahaan yang sama, bukannya oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda?
Faktor-faktor yang menentukan keputusan perusahaan multinasional mengenai di mana ia akan membuka suatu fasilitas produksi tidak banyak berbeda dari keputusan untuk menentukan pola perdagangan secara umum.
Ada dua pandangan yang cukup berpengaruh. Pertama menekankan pada aspek keungulan internalisasi bagi berlangsungnya alih teknologi. Teknologi secara luas didefenisikan sebagai jenis pengetahuan yang berguna secara ekonomi, yang kadangkala dapat dijual atau diberikan lisensinya. Namun, ada kesukaran yang cukup penting dalam melakukan hal ini.Pardagangan kedua menekankan pada keunggula-keunggulan internalisasi bagi terciptanya integrasi vertikal. Apabila suatu perusahaan memproduksi suaru barang yang digunakan sebagai input atau bahan baku untuk perusahaan lain, maka hubungan yang timpang seperti itu dapat menimbulkan beberapa masalah.
Faktor yang kurang menguntungkan berkenaan dengan perusahaan multinasional adalah bahwa teori ekonomi tentang organisasi yakni apa yang sebenarnya kita bicarakan tatkala kita mengembangkan teori multinasional. Namun aspek pokok yang membawa kita pada posisi yang tidak menguntungkan adalah bahwa keberadaan perusahaan multinasional tersebut, pada prakteknya merupakan persoalan yang kontroversial.
Perusahaan Mulitinasional dalam Praktek
Perusahaan-perusahaan multinasional bias dimiliki oleh pihak domestic atau asing. Perusahaan-perusahaan multinasional milik asing memegang peranan sangat penting di kebanyakan perekonomian, dan dewasa ini semakin memegang peranan penting di Amerika Serikat.
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah bahwa banyak dari apa yang biasa dilakukan oleh juga perusahaan multinasional sebenarnya dapat dilakukan pihak-pihak lain (bukan perusahaan-perusahaan multinasional). Perusahaan multinasional kadangkala merupakan agen perubahan sehingga kadang dipuji namun sering pula dikutuk atas tindakan-tindakannya. Pergeseran-pergeseran ini sesungguhnya mencerminkan aspek “lokasi” yang menjadi salah satu bagian dari teori kita mengenai perusahaan multinasional.


BAB 8 INSTRUMEN-INSTRUMEN KEBIJAKAN PERDAGANGAN

Kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah berbagai negara berkenaan dengan perdagangan internasional. Masing-masing kebijakan mencakup berbagai macam langkah atau tindakan yang berbeda-beda. Tindakan-tindakan ini antara lain pengenaan pajak terhadap beberapa macam transaksi internasional, pemberian subsidi oleh pemerintah kepada pihak swasta untuk transaksi-transaksi dagang lainnya, pembatasan resmi terhadap nilai atau volume impor, dan berbagai bentuk pengaturan lainnya.
Analisis Dasar Tentang Tarif
Tarif merupakan kebijakan perdagangan yang paling umum adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor. Sedangkan tarif ad valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan presentase tertentu dari nilai-nilai barang-barang yang diimpor.
Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Maksud utama pengenaan tarif biasanya tidak semata-mata untuk memperoleh pendapatan pengisis kas pemerintah, melainkan juga sebagai alat untuk melindungi sektor-sektor tertentu di dalam negeri dari tekanan persaingan produk impor.
Peranan tarif kini telah menurun dalam era modern sekarang ini, karena pemerintah dari berbagai negara lebih suka dan terbiasa melindungi industri-industri domestic mereka dengan memberlakukan berbagai macam dan bentuk hambatan non-tarif seperti kuota impor yakni pembatasan lansung jumlah impor atau kuota ekspor atau pembatasan ekspor yang dikenakan langsung kepada pihak mitra dagang. Meskipun demikian, pemahaman tentang dampak tarif tetap merupakan landasan yang amat penting untuk memahami kebijakan-kebijakan perdagangan lainnya yang ada sekarang ini.
Biaya Dan Manfaat Tarif
Tarif dapat meningkatkan harga barang di negara pengimpor dan menurunkan harga barang tersebut di negara-negara pengekspor. Sebagai akibat dari perubahan harga ini, maka kalangan konsumen di negara pengimpor merugi, sedangkan para konsumen di Negara pengekspor beruntung. Produsen di negara pengimpor memperoleh keuntungan, sedangkan produsen di negara pengekspor megalami kerugian. Cara untuk mengukur biaya dan manfaat tarif bergantung pada dua konsepyang lazim digunakan didalam analisis mikro ekonomi yaitu: surplus konsumen dan surplus produsen.
Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
Surplus Konsumen mengukur besar kecilnya keuntungan konsumen dari pembelian karena perbedaan antara harga yang sebenarnya dibayarkannya dengan tingkat harga yang akan sanggup ia bayar. Surplus Produsen merupakan konsep yang sekias (analog) dengan surplus konsumen.
Instrumen-Instrumen Kebijakan Lainnya
Instrumen kebijakan perdagangan lainnya yang paling menonjol adalah pemberian subsidi ekspor, pembatasan impor, konsep pengekangan ekspor “secara sukarela”, dan persyaratan kandungan lokal.
Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran oleh pemerintah dalam jumlah tertentu kepada suatu perusahaan atau perseorangan yang giat menjual barang ke luar negeri. Subsidi ekspor dapat berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau dalam bentuk ad valorem (angka persentase dari nilai produk yang diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan menekspor barang sampai batas di mana selisih harga domestik dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi.
Kuota Impor
Merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatsan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk yang jumlahnya langsung dibatasi.
Kerancuan yang penting dihindari dalam memahami pembatasan impor adalah mengenal suatu pandangan yang mengatakan bahwa kuota pasti mampu membatasi kuantitas impor tanpa meningkatkan harga domestik. Dalam kenyataannya, pembatasan impor selalu meningkatkan harga barang yang diimpor di pasar dalam negeri. Jika impor dibatasi akibat langsungnya adalah bahwa pada tingkat harga semula permintaan untuk barang yang bersangkutan lebih besar dari pada penawaran domestik plus input. Langkah pembatasan impor juga akan meningkatkan harga di dalam negeri yang besarnya sama dengan tarif yang akan menurunkan impor ketingkat yang sama. Perbedaan dampak yang ditimbulkan oleh kuota dari yang ditimbulkan oleh tarif adalah bahwa dengan menerapkan kuota pemerintah tidak memperoleh pendapatan secara langsung.
Pengekangan Ekspor “Sukarela”
Instrumen atau bentuk lain dari kebijakan pembatasan impor adalah pengekangan ekspor secara “sukarela” (voluntary export restraint, VER).VER adalah suatu bentuk pembatasan (kuota)atas jangkauan atau tingkat intensitas hubungan perdagangan internasional yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor, jadi bukan oleh pihak pengimpor. VER pada umumnya dilaksanakan aatas permintaan negara pengimpor dan disepakati oleh negara pengekspor untuk mencegah pembatasan-pembatasan perdagangan lainnya yang mungkin saja lebih ketat.
VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor apabila dibandingkan dengan instrument tarif yang mampu membatasi impor dengan jumlah yang sama. Dimana bagian terbesar dari biaya yang terkandung dari instrument ini lebih merupakan alih pendapatan ke pihak luar daripada kerugian efisiensi. Perhitungan ini juga menegaskan bahwa dari sudut pandang nasional VER lebih merugikan daripada tarif.
Persyaratan Kandungan Lokal
Sebagai sebuah instrumen kebijakan perdagangan, persyaratan kandungan lokal merupakan suatu pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari suatu produk secara fisik harus dibuat di dalam negeri, atau menggunakan bahan-bahan baku atau koponen setempat. Ketentuan kandungan lokal ini telah digunakan secara luas oleh pemerintah negara-negara berkembang yang menginginkan beralihnya basis industri manufakturnya dari sekedar perakitan kepad kegiatan pengolahan aneka barang.
Perangkat Kebijakan Perdagangan Lainnya
1. Subsidi kredit ekspor. Ini semacam subsidi ekspor, hanya saja wujudnya berupa pinjaman yang disubsidi kepada pembeli.
2. Proyek Pengadaan Pemerintah. Pemebelian-pembelian oleh pihak pemerintah taupun perusahaan-perusahaan yang diatur secara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi dalam negeri, meskipun barangkali barng-barang tersebut sebenarnya lebih mahal daripada barang sejenis yang diimpor.
3. Hambatan-hambatan birokrasi. Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya secara formal. Untungnya, begitu mudahnya pemerintah dari suatu Negara untuk membelitkan standar kesehatan, keamanan, dan prosedur pabean yang serba berbelit-belit sehingga sedemikian rupa sehingga merupakan perintang efektif dalam perdagangan.



BAB 9 EKONOMI POLITIK KEBIJAKAN PERDAGANGAN

Alasan yang membuat pihak pemerintah tidak bias sepenuhnya mendasarkan kebijakanya semata-mata berdasarkan perhitungan biaya manfaat saja. Langkah pertama untuk memahami kebijakan perdagangan dari suatu negara adalah dengan mengetahui alasan-alasan yang membuat pemerintah selanjutnya tidak melakukan campur tangan dalam kegiatan perdagangan artinya kita dituntut pula untuk mengetahui apa yang akan terjadinya seandainya perdagangan terjadinya secara jadi bebas.
Sesungguhnya sangat sedikit sekali negara yang melaksanakan perdagangan secara benar-benar bebas. Banyak ekonom menyakini bahwa perdagangan bebas mampu menciptakan keuntungan tambahan yang tidak dapat diperoleh jika terjadi pluh produksi dan konsumsi. Terakhir, meskipun tidak begitu banyak para ekonom yang merasa yakin bahwa perdagangan bebas itu sedikit banyak merupakan suatu kebijakan yang sempurna, namun pada umumnya kalangan ekonom masih percaya bahwa perdagangan bebas dalam bebagai hal lebih baik dari kebijakan-kebijakan lainnya yang mungkin ditempuh pemerintah.
Kasus efisiensi bagi perdagangan bebas merupakan kebalikan dari analisis biaya-manfaat dari tarif. Tarif menyebabkan kerugian netto bagi perekonomian, hal ini terjadi karena adanya distorsi terhadap rangsangan ekonomi bagi produsen maupun konsumen.
Keuntungan Tambahan dari Perdagangan Bebas
Salah satu bentuk keuntungan tambahan adalah terpupuknya skala ekonomi. Pasar yang diproteksi tidak saja akan memecah-belah kegiatan produksi secara internasional,melainkan juga mengurangi daya saing dan potensimeningkatan laba, serta juga cenderung merangsang berbagai perusahaan untuk memasuki industry yang diproteksitersebut sehingga semuanya akan terjebak ke dalam pola produksi yang tidak efisien. Banyak ekonom mengingatkan tentang perlunya pemerintah menghalangi perusahaan-perusahaan baru untuk memasuki sektor industri otomotif yang mulai jenuh. Terciptanya skal produksi yang tidak efisien merupakan alasan tambahan bagi suatu negara tambahan bagi suatu negara untuk menjalankan perdagangan bebas yang belum diperhitungkan dalam perhitungan biaya-manfaat yang standar.
Argument Politik bagi Perdagangan Bebas
Argumen politik bagi perdagangan bebas mencerminkan kenyataan bahwa di kalangan tertentu terdapat suatu komimen politik bagi dilangsungkannya hubungan perdagangan bebas. Ada beberapa hal pokok dalam argument yakni:
1. Biaya-biaya atu kerugian akibat adanya penyimpangan terhadap kaidah-kaidah perdagangan bebas yang diukur secara konvensional ternyata sedemikian besarnya.
2. Di samping manfaatnya yang telah dikenal secara luas, masih ada berbagai keuntungan lain dari perdagangan bebas secara tidak langsung merupakan tambahan biaya atau potensi kerugian ats kebijakan-kebijakan yang proteksionis.
3. Setiap upaya guna melakukan penyimpangan-penyimpangan guna memanipulir perdagangan bebas akan senantiasa dilaksanakan melalui proses atau usaha-usaha yang bersifat politik.
Argumen Kesejahteraan Nasional Yang Menentang Perdagangan Bebas
Sebagian besar perangkat tarif, kuota impor, daaan kebijakan perdagangan lainnya pada dasarnya dipilih dan ditetapkan untuk melindungi atau pendapatan dari kelompok-kelompok kepentingan tertentu. Para ekonom mengatakan bahwa setiap bentuk penyimpangan dari kaidah-kaidah perdagangan bebas akan menurunkan kesejahteraan nasional, dalam kenyataannya memang terdapat sejumlah landasan teoritis untuk menyakini bahwa aktivitas kebijakan perdagangan kadang-kadang dapat menigkatkan kesejahteraan suatu negara secara keseluruhan.

Argumen Nilai Tukar Perdagangan yang Menghendaki Pengenaan Tarif
Yang membenarkan penerapan suatu kebijakan perdagangan tidak berasal dari analisis biaya-manfaat. Bagi sebuah negara besar, yakni yang mampu mempengaruhi harga dari para eksportir luar negeri, tarif memang dapat menurunkan harga impor dan karenanya dapt menciptakan keuntungan nilai perdagangan. Namun, keuntungan ini harus dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkan oleh tarif, antara lain berupa pluh atau distorsi insentif-insentif produksi dan konsumsi. Terjadinya keuntungan nilai tukar perdagangan dari tarif melebihi biaya-biaya atau kerugian yang ditimbulkan melandasi munculnya dan berkembangnya argumen nilai tukar perdagangan bagi tarif.
Namun argumen nilai tukar perdagangan yang tidak menginginkan perdagangan bebas ini memiliki keterbatasan atau kelemahan.
Argumen Perdagangan Domestik yang Menolak Perdagangan Bebas
Sejumlah ekonom telah melontarkan gagasan yang mempersoalkan keunggulan perdagangan bebas atau dasar argument tandingan yang mengatakan bahwa konsep-konsep dasar tersebut, terutama konsep surplus produsen, tidak cocok untuk mengukur biaya atau manfaat.
Tenaga kerja yang digunakan di suatu sektor tidak dimanfaatkan atau tidak bekerja penuh adanya ketidaksempurnaan pasar modal dan tenaga kerja yang menghalangi pengaluhan sumber-sumber daya secepat mungkin ke sektor-sektor tertentu yang menghasilkan imbalan relative tinggi, dan adanya kelebihan-kelebihan teknologi dari sejumlah sector industri baru khususnya yang bersifat inovatif. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya argumen kegagalan pasar domestik.
Argumen ini mengakui bahwa perdagangan internasional bukan merupakan sumber persoalan, akan tetapi menyakini kegunaan kebijakan perdagangan, yang setidak-tidaknya mampu memberikan suatu pemecahan parsial.

Distribusi Pendapatan Dan Kebijakan Perdagangan
Perumusan kebijakan perdagangan lebih banyak didominasi oleh pertimbangan-pertimbangan distribusi pendapatan.tidak ada satupun model politik kebijakan perdagangan , namun ada beberapa perdagangan yang bermanfaat telah diajukan. Yang pertama konsep kesejahteraan social terimbang. Yang kedua adalah gagasan tentang kesejahteraan social konservatif. Menurut pandan ga ini, pemerintah dari negara mana pun tidak akan membiarkan suatu kelompok domestiknya menderita kerugian besar sehingga pemerintah akan menerapkan proteksi. Ketiga adalah persoalan aksi kolektif. Menurut pandangan ini, kebijakan perdagangan ditentukan oleh kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda dari berbagai kelompok yang menempuh cara-cara politis demi kepentingan kolektif.
Negosiasi Internasional Dan Kebijakan Perdagangan
Jika perdagangan dibuat atas dasar kepentingan domestik semata, kemajuan ke arah terciptanya perdagangan yang lebih bebas akan sangat sulit tercapai. Dalam praktek, negara-negara berhasil melakukan penurunan-penurunan tarif yang mendasar, sehingga meningkatkan kadar kebebasan atas hubungan perdagangan melalui proses perundingan internasional. Perundingan atau negosiasi internasional membantu maksud penurunan tarif.
Selain penurunan tarif secara keseluruhan yang telah dihasilkan lewat serangkaian ngosiasi multilateral, beberapa kelompok negara telah merundingkan perjanjian perdagangan preferensial. Melalui wahana ini mereka menurunkan tarif satu sama lain di antara sesama anggota, akan tetapi tidak terhadap negara lain yang bukan anggota.



BAB 10 KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG INDUSTRIALISASI SUBSTITUSI IMPOR

Negara berkembang ingin memacu perkembangan mereka dengan membatasi impor barang manufaktur guna mengembangkan sendiri kekuatan manufakturuntuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Pemerintah di banyak negara berkembang sangat terpengaruh oleh argument-argumen teoritis yang menonjolkan perlunya kebijakan perdagangan untuk memajukan sektor manufaktur. Yang terpenting dari sekian banyak argument semacam itu adalah argumen industri bayi yang masih rapuh.
Kebijakan pemerintah negara-negara berkembang untuk memacu industrialisasi acapkali didasarkan pada argument industri bayi yang masih rapuh, yang mengatakan bahwa sektor-sektor industri baru di negara-negara berkembang amat memerlukan perlindungan. Argumen industri bayi yang masih rapuh ternyata hanya berlaku jika argument ini dilontarkan sebagai argumen mengenai terjadinya kegagalan pasar memang merupakan alasan yang sah bagi dilancarkannya campur tangan pemerintah. Dua pembenaran yang lazim ialah adanya pasar modal yang tak sempurna dan persoalan kebaikan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan pelopor.
Dengan menggunakan hujah industry yang masih rapuh sebagai dasar pembenarannya, banyak negara berkembang yang telah menempuh kebijakan-kebijakan industrialisasi subsitusi impor, sektor-sektor industry domestik tertentu sengaja diberi perlakuan istimewa dan dilindungi di bawah payung proteksi tarif atau kuota impor. Meskipun secara umu kebijakan-kebijakan ini telah berhasil dalam memajukan sektor manufaktur di negara-negara berkembangm akan tetapi kemajuan itu tidak memberikan keuntungan seperti yang diharapkan. Banyak ekonom yang mengkritik secara terbuka hasil-hasil dari industrialisasi substitusi impor.

MASALAH PEREKONOMIAN DUALISTIK
Sebagian besar negara berkembang dicirikan oleh dualisme ekonomi. Sektor industry dengan upah tinggi dan padat modal yang berada di tengah-tengah sektor-sektor tradisional dengan upah dan produktivitas rendah. Suatu perekonomian dualistik juga sering kali mengalami persoalan pengangguran yang serius di daerah perkotaan.
Gejala-Gejala Dualisme Ekonomi
Tidak ada defenisi yang tepat bagi perekonomian dualistik. Namun, secara umum, perekonomian dualistik adalah suatu ekonomi yang memiliki sektor modern yang sangat kontras dengan karakteristik-karakteristik perekonomian umumnya dalam beberapa hal:
1. Nilai out put pekerja di sektor modern jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai output per pekerja yang terdapat pada sektor-sektor lainnya.
2. Sejalan dengan nilai output per pekerja yang tinggi maka tingkat upah di sektor modern itu juga lebih tinggi.
3. Meskipun upah di sektor manufaktur modern itu lebih tinggi, tingkat pengembalian modal tidak selalu lebih tinggi.
4. Salah satu penyebab dari tingginya nilai output per pekerja di sektor modern adalah intensitas modal dalam produksinya yang lebih tinggi.
5. Banyak negara berkembang yang menghadapi persoalan pengangguran akut.
Pasar Tenaga Kerja Dualistik dan Kebijakan Perdagangan
Gelaja-gejala dualisme terjadi di banyak negara berkembang, dan semua itu merupakan pertanda yang jelas bahwa perekonomian yang bersangkutan tidak berfungsu dengan baik, terutama pasar tenaga kerjanya. Implikasi-implikasi kebijakan perdagangan berkenaan dengan gejala-gejala di atas sejak lama telah menjadi pokok perbantahan di antara mereka yang menekuni ilmu ekonomi pembangunan.
Perbedaan tingkat upah antara sektor-sektor modern dan tradisional terkadang dimanfaatkan sebagai alasan bagi pengenaan proteksi tarif bagi sektor-sektor industri. Ini merupakan kasus atau argumen perbedaan upah yang juga pro terhadap pemberian proteksi. Namun, pandangan ini tak begitu dipercaya lagi oleh banyak ekonom. Analisis-analisis yang lebih mutakhir meninjukkan bahwa pemberian proteksi justru akan mendorong lebih banyak migrasi desa-kota, yang akan memperburuk masalah pengangguran di kota dan bias memperburuk gejala dualisme ekonomi sendiri.
Industrialisasi Berorientasi Ekspor
Pandangan industrialisasi yang dilakukan yakni pengupayaan ekspor produk manufaktur, khususnya ke negara-negara maju telah dilaksanakan oleh sejumlah negara dan oleh Bank Dunia mereka dikategorikan sebagai perekonomian Asia berkinerja tinggi (high performance Asian economies, HPAEs).
Pandangan yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi harus dilakukan melalui substitusi impor dan pesimisme bahwa pembanguna ekonomi yang mengandalkan subtitusi impor akan gagal, ramai diperdebatkan kembali oleh fakta pertumbuhan ekonomi pesat sejumlah negara Asia. Perekonomian Asia berkinerja tinggi (HPAEs) itu ternyata tidak bertumpu pada substitusi impor, melainkan pada ekspor produk-produk manufaktur. Umumnya, perekonomian itu ditandai oleh tingginya rasio perdagangan terhadap pendapatan nasional, serta tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi. Sebab-sebab keberhasilan HPAEs itu sendiri masih diperdebatkan. Sebagian pengamat menyoroti fakta bahwa meskipun mereka tidak menjalankan perdagangan bebas, namun tingkat tarif mereka lebih rendah ketimbang negara-negara berkembang lainnya. Pengamat lain berpendapat keberhasilan mereka disebabkan oleh peran yang tepat yang dijalankan pemerintahnya, melalui pemberlakuan kebijakan-kebijakan industri.
BAB 11
KEBIJAKAN PERDAGANGAN STRATEGIS DI NEGARA NEGARA MAJU
Kebijakan Perdagangan Strategis dalam Praktek
Teori kebijakan perdagangan strategis merupakan kasus khusus dari analisis kegagalan pasar domestic yang telah diutarakan pada Bab 9. Kebijakan perdagangan strategis (strategic trade policy) merupakan suatu upaya meningkatkan kinerja perekonomian dengan cara mempromosikan sector ekspor tertentu. Kebijakan kebijakan perdagangan strategis lebih dijalankan oleh banyak Negara, dan sebagian membuahkan keberhasilan cukup besar, seperti yang terjadi di Jepang dan Korea Selatan.
Para penganjur kebijakan perdagangan strategis acapkali mendasarkan dukungan mereka pada argument bahwa dukungan aktif pemerintah diperlukan untuk mendukung perekonomiannya yang bertarung dalam perekonomian dunia yang penuh persaingan, dimana hanya ada pihak kalah dan yang menang, dan di mana harga serba stabil. Dukungan terutama diperlukan untuk sector sector industry tertentu. Kriteria popular yang paling sering disebut sebut sebagai landasan pembenaran penerapan kebijakan perdagangan strategis menonojolkan pentingnya sector sector industry yang memiliki nilai tambah per pekerja yang tinggi, berupa tinggi, dan yang menggunakan teknologi tinggi. Namun kemudian terbukti bahwa argument yang menonjolkan sector industry dengan nilai tambah per pekerja ini sesungguhnya tidak didasarkan pada logika ekonomi yang kuat. Sedangkan kecemasan terhadap hilangnya pekerjaan pekerjaan berupah tinggi biasanya terkait dengan kekhawatiran terhadap deindustrialisasi. Para ekonom juga menilai argument ini kurang masuk akal. Tetapi penonjolan sector industry berteknologi tingggi nampaknya lebih bias diterima karena sector sector ini memang membuahkan imbasan teknologi. Namun argument ini pun nampaknya lebih mencerminkan argument yang menginginkan intervensi pemerintah dalam konteks kegagalan pasar yang telah dibahas pada bab bab terdahulu.
Ada dua argument canggih pro kebijakan perdagangan strategis yang banyak menarik perhatian para pakar ekonomi internasional. Yang pertama adalah hujah bahwa pemernitah juga harus berusaha mendorong industry industry yang menghasilkan eksternalitas teknologis. Sedangkan yang kedua adalah analistis Brander-Spencer, yang menekanka perlunya pemerntah untuk membantu perusahaan perusahaan domestic meningkatkan keuntungan dengan menekan perusahaan asing yang menjadi pesaing. Meskipun persuasive, banyak ekonom meragukannya karena mereka menilai alas an alasannya terlalu kabur dan memerlukan sangat banyak informasi (yang sialnya sulit diperoleh) agar pelaksanaan kebijakan perdagangan strategos itu benar benar dapat dilaksanakan dan bermanfaat.
Praktek kebijakan perdagangan strategis sangat beragam dan dampaknya pun lebih sulit dipastikan bila dibandingkan dengan apa yang dikemukakan oleh argument argument yang tergolong popular. Kebijakan perdagangan strategis Jepang telah bergeser dari pengendalian pemerintah secara besar besaran terhadap perekonomian secara keseluruhan di tahun 1950-an dan 1960-an kearah campur tangan pemerintah yang lebih selektif dan halus (tak kentara) dewasa ini. Negara Negara lain sebenarnya juga menempuh kebijakan perdagangan strategis, namun pada umumnya kurang konsisten. Pemerintah Amerika Serikat sebenarnya juga menempuh kebijakan perdagangan strategis di bidang pertanian. Banyak yang percaya bahwasanya undang undang anggaran pertahanan Amerika Serikat tidak ubahnya dengan sebuah kebijakan perdagangan strategis yang dimaksudkan untuk mendukung pengembangan industry-industri berteknologi tinggi.
Penilaian atas dampak-dampak kebijakan perdagangan strategis bukan perkara sepele. Acuan pada data pangsa pasar yang berhasil dikuasai atau tingkat pertumbuhan industi yang berhasil dicapainya, ternyata belum cukup untuk menetukan apakah suatu kebijakan perdagangan strategis benar benar berhasil atau tidak. Kita jua harus melakukan analisis biaya-manfaat. Kajian terhadap kasus-kasus penerapan kebijakan perdagangan strategis yang menonjol ternyata tidak memunculkan gambaran yang cukup jelas mengenai keberhasilan tindakan pemerintah dalam melakukan pentargetan.




BAB 12 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL DAN NERACA PEMBAYARAN

Tahun 1997 dan 1998 perekonomian di kawasan Asia terjebak dalam resesi yang parah, yang ditandai oleh lonjakan pengangguran. Sementara itu Amerika Serikat dan Negara-negara di Eropa terus menikmati pertumbuhan ekonomi yang sehat. Apakah keadaan ekonomi antarkawasan yang begitu timpang itu hanya kebetulan? Atau, dapatkah analisis ekonomi memberikan penjelasan mengapa sebagian Negara sejahtera sedangkan yang lainnya mengalami stagnasi, dan bisakah analisis itu merumuskan suatu petunjuk agar Negara-negara dapat menghindari kontraksi-kontraksi ekonomi di masa mendatang?
Salah satu cabang ilmu ekonomi yang disebut mikroekonomi (microeconomics) mempelajari masalah tersebut dari perspektif perusahaan dan konsumen secara individual. Analisis mikroekonomi bergerak dari dasar ke atas yang menunjukkan bagaimana setiap pelaku ekonomi, mengejar kepentingan mereka masing-masing, secara kolektif akan menentukan penggunaan sumber daya.
Faktor-faktor apa saja yang menentukan kapasitas suatu perekonomian dalam menghasilkan berbagai macam barang dan jasa dari waktu ke waktu? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, maka kita harus menguasai makroekonomi (macroeconomics), yakni cabang ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana tingkat penggunaan sumber daya, produksi dan pertumbuhan secara keseluruhan dari suatu perekonomian ditentukan.


Analisis makroekonomi menekankan pada empat aspek dalam kehidupan ekonomi. Keempat aspek itu adalah:
1. Pengangguran
2. Tabungan
3. Ketidakseimbangan perdagangan
4. Uang dan tingkat harga

Neraca Pendapatan Nasional
Perhatian utama dari analisis makroekonomi adalah Produk nasional bruto/PDB (GNP/ Gross National Product) suatu Negara. Produk nasional bruto atau GNP (kedua istilah ini akan dipakai secara bergantian) dari suatu Negara adalah nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi Negara itu dan dijual ke pasar pada kurun waktu tertentu
Untuk membedakan jenis-jenis pengeluaran yang membentuk GNP, para ahli ekonomi dan ahli statistik yang menyusun akuntansi pendapatan nasional membagi GNP menjadi empat unsur kemungkinan pengeluaran yang bisa dilakukan oleh suatu Negara. Keempat unsur tersebut adalah: (1) konsumsi (consumption), yaitu jumlah yang dikonsumsi oleh penduduk domestic swasta (di luar pemerintah), (2) investasi (investment), yaitu jumlah yang disisihkan oleh perusahaan swasta untuk membangun pabrik dan peralatan baru untuk keperluan produksi di waktu mendatang; (3) belanja pemerintah (goverment purchases) yaitu jumlah yang digunakan oleh pemerintah, serta (4) neraca transaksi berjalan atau neraca lancar (current account balance) yaitu jumlah ekspor barang dan jasa netto ke luar negeri.



Produk (Output) Nasional dan Pendapatan Nasional

Langkah pertama untuk memahami bagaimana para ahli ekonomi menganalisis GNP adalah merinci mengapa GNP suatu Negara dalam kurun waktu tertentu harus sama dengan pendapatan nasional (national income), yakni jumlah pendapatan yang dihasilkan selama periode tersebut oleh faktor-faktor produksinya.
Prinsip dasar bahwa output pendapatan adalah sama juga berlaku untuk barang, termasuk barang yang dihasilkan dengan banyak faktor.
Penyusutan Modal, Transfer Internasional dan Pajak Usaha yang bersifat Tidak Langsung
ada beberapa penyesuaian yang harus ditambahkan pada defenisi GNP agar identifikasi GNP dan pendapatan nasional dalam prakteknya benar-benar tepat
1. GNP tidak memperhitungkan kerugian-kerugian ekonlomis yang diakibatkan oleh kecenderungan pengikisan fungsi mesin dan bangunan selama proses penggunaannya. Kerugian ini, biasa disebut penyusutan/depresiasi (depreciation), mengurangi pendapatan pemilik modal. Oleh karena itu, untuk menghitung pendapatan nasional pada kurun waktu tertentu, kita harus mengura ngi GNP dengan faktor penyusutan modal selama kurun waktu yang bersangkutan. GNP yang telah dikurangi oleh nilai depresiasi dise but produk nasional bersih / neto (net national product = NNP).
2. Pendapatan suatu Negara juga meliputi berbagai pemberian dari penduduk Negara- Negara lain yang dikenal sebagai transfer unilateral (unilateral transfer). Contohnya adalah pembayaran pensiunan untuk penduduk yang bermukim di luar negeri, pembayaran ganti rugi dan dana-dana luar negeri seperti sumbangan yang diberikan kepada Negara yang tengah menerima musibah kekeringan yang berkepanjangan.
3. Pendapatan nasional tergantung pada harga-harga yang diterima oleh berbagai perusahaan atas barang-barang yang dihasilkan, sedangkan GNP tergantung pada harga-harga yang dibayarkan oleh para pembeli. Namun, kedua perangkat harga ini tidak harus identik. Sebagai contoh, pahak penjualan menyebabkan pembeli membayar lebih banyak daripada jumlah yang diterima perusahaan (penjual). Akkibatnya , GNP cenderung lebih besar daripada pendapatan nasional. Karena itu, pajak perdagangan atau yang seringkali disebut sebagai pajak-pajak usaha tidak langsung (indirect business taxes) itu juga harus dikurangkan dari GNP sebelum kita memperoleh angka pendapatan nasional yang sebelumnya.
Jadi pendapatan nasional sama dengan GNP dikurangi depresiasi, ditambah transfer unilateral bersih (selisih antara transfer dana ke luar dan transfer yang diterima), dikurangi penguatan pajak usaha tidak langsung. Meskkipun demikian, ternyata perbedaan antara angka GNP dengan angka pendapatan nasional tidak bisa dihilangkan meskipun jumlahnya tidak seberapa. Namun makroekonomi mempermasalahkannya karena hal itu dianggap tidak terlalu penting dalam analisis makroekonomi. Itu sebabnya dalam tulisan ini istilah GNP dan pendapatan nasional dianggap sama dan dipergunakan secara bergantian. Perbedaan antara keduanya hanya akan ditekankan apabila memang perlu.
- Dalam suatu perekonomian yang tertutup terhadap perdagangan internasional seluruh GNP atau pendapatan nasionalnya harus habis dikonsumsikan, diinvestasikan atau di belanjakan pemerintah. Investasi mengubah outpout sekarang menjadi output di masa mendatang, karena pada dasarnya investasi merupakan satu-satunya cara menabung pada tingkat agregat; oleh karena itu seluruh tabungan dari sector swasta maupun pihak pemerintah, atau secara bersama disebut sebagai tabungan nasional, harus sama dengan investasi.
- Dalam sebuah perekonomian tertutup, GNP adalah penjumlahaan konsumsi, investasi , belanja pemerintah, dan saldo ekspor barang dan jasa. Perdagangan tidak harus selalu seimbang, karena di antara perekonomian terbuka bisa melakukan usaha pinjam-meminjam. Saldo transaksi berjalan, yakni selisih antara nilai ekspor dan impor dari suatu Negara (atau suatu perekonomian) sama dengan selisih antara jumlah output yang dihasilkannya dengan jumlah barang-barang dan jasa yang digunakannya.
- Saldo transaksi berjalan sama dengan saldo pinjaman suatu Negara kepada Negara lain. Berbeda dengan perekonomian tertutup, perekonomian terbuka dapat menabung dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan investasi domestic dan investasi luar negeri. Oleh karena itu, tabungan nasional dari sebuah perekonomian yang terbuka sama dengan jumlah investasi domestic ditambah dengan saldo transaksi berjala n.
- Sebuah neraca pembayaran menyajikan suatu gambaran terinci mengenai komposisi dan pembiayaan transaksi berjalan. Semua transaksi suatu Negara dengan Negara-negara lain dicatat secara sistematis dalam neraca pembayarannya. Tata cara pembayaran neraca ini didasarkan pada kebiasaan bahwa setiap transaksi yang menghasilkan pembayaran bagi pihak luar negeri akan tercatat masuk ke dalam neraca dengan tanda (-), sedangkan transaksi-transaksi yang menghasilkan penerimaan dari pihak luar negeri masuk ke dalam neraca dengan tanda (+).
- Seluruh transaksi yang menyangkut barang dan jasa tercatat pada neraca transaksi berjalan, sedangkan penjulan atau pembelian aset-aset tercatat pada neraca modal, kedua neraca ini merupakan bagian dari neraca pembayaran. Defisit transaksi berjalan harus diimbangi dengan surplus neraca modal dalam jumlah yang sama. Sebaliknya surplus transaksi berjalan harus diimbangi oleh defisit neraca modal. Dengan demikian, selisih antara pendapatan ekspor dan pengeluaran impor harus diimbangi dengan penarikan pinjaman yang kelak harus dibayar kembali beserta bunganya.
- Transaksi asset internasional yang dilakukan oleh bank-bank sentral akan tercatat dalam neraca modal. Setiap transaksi bank sentral di pasar asset valuta asing swasta disebut sebagai intervensi devisa resmi. Intervensi ini penting karena merupakan cara yang harus ditempuh oleh bank sentral untuk menyesuaikan jumlah uang beredar. Suatu Negara yang mengalami defisit neraca pembayaran harus menarik sebagian cadangan internasionalnya atau menarik pinjaman dari bank sentral luar negeri guna menutup defisit itu. Sedangkan Negara yang mengalami surplus akan melakukan hal yang sebaliknya.

BAB 13 KURS DAN PASAR VALUTA ASING : PENDEKATAN AKTIVA

Kurs atau nilai tukar (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari suatu Negara, yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelajaran, karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari ber bagai Negara ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari suatu Negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing bagi Negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih mahal. Seda ngkan apresiasi (penurunan harga valuta asing di Negara yang bersangkutan) akan membuat harga-harga produk ekspornya lebih mahal, dan sebaliknya, impornya menjadi lebih murah.
Kurs memainkan peranan yang sangat pen ting dalam pasar valuta asing (foreign exchange market). Para pelaku utama di pasar valuta asing tersebut adalah bank-bank komersial, lalu perusahaan-perusahaan internasional, lembaga-lembaga keuangan nonbank, dan bank-bank sentral nasional. Bank-bank komersial memegang peranan; kunci di pasar tersebut karena merekalah yang melangsungkan transaksi melalui simpanan bank (deposit) yang membentuk sosok atau wujud konkret atas perdagangan valuta asing itu. Walaupun perdagangan valuta asing berlangsung di berbagai pusat keuangan yang tersebar di seluruh dunia, teknologi telekomunikasi modern telah mempertautkan mereka menjadi sebuah rangkaian pasar tunggal yang beroperasi selama 24 jam setiap hari, tujuh hari dalam seminggu. Salah satu kategori penting dalam perdagangan valuta asing adalah perdagangan berjangka (forward trading), dimana beberapa pihak sepakat untuk mempertukarkan mata uang di waktu mendatang atas dasar kurs yang mereka sepakati. Sedangkan kategori lainnya, yakni perdagangan spot (spot trading) langsung melaksanakan pertukaran tersebut (ini biasanya keperluan-keperluan yang benar-benar mendesak, atau untuk suatu kebutuhan yang bersifat praktis).
Karena kurs merupakan harga relatif dari dua asset, maka sangat layak bila kurs dianggap sebagai harga asset itu sendiri. Prinsip dasar penetapan harga asset adalah bahwa nilai asset saat ini ditentukan oleh perkiraan daya belinya di masa mendatang. Dalam mengevaluasi asset, para penabung (atau investor) senantiasa memperlihatkan aspek perkiraan imbalan (rate of return) yang dibuahkan asset itu, atau tingkat pertambahan nilai investasi yang tertanam dalam ases tersebut di waktu-waktu selanjutnya dengan cara-cara lain, sesuai dengan unit atau satuan perhitungan nilai asset tersebut. Unsur asset yang sangat diperhatikan para penabung adalah unsur riilnya (real rate of return), yakni perkiraan tambahan nilai suatu asset dalam ukuran daya beli atau jumlah tambahan output yang bisa diperoleh dengannya.
Apabila imbalan asset relatifnya relevan, seperti yang ada di pasar valuta asing, kita bisa membandingkan perkiraan perubahan nilai valuta asing (dinyatakan dalam satuan valuta asing) dari asset-aset tersebut, yakni dengan menyatakan nilai-nilai dalam satu mata uang yang sama. Bila faktor-faktor resiko dan likuiditas tidak terlalu banyak mempengaruhi permintaan terhadap asset-aset valuta asing yang menawarkan perkiraan imbalan tertinggi
Imbalan dari simpanan yang diperdagangkan di pasar valuuta asing ditentukan oleh angka suku bunga (interest rate) dan perkiraan perusahaan kurs. Guna membandingkan perkiraan imbalan yang ditawarkan oleh simpanan Dolar dan simpanan Euro, misalnya, kita harus menghitu ng imbalan dari simpanan Euro dalam Dolar, yakni dengan menjumlahkan suku bunga Euro dan perkiraan tingkat depresiasi Dolar terhadap Euro (atau, tingkat apresiasi Euro terhadap Dolar) selama kurun waktu kepemilikan siimpanan tersebut.
Keseimbangan (equlibrium) di dalam pasar valuta asing mensyarat kan adanya kondisi paritas suku bunga (interest parity), yakni suatu kondisi di mana berbagai simpanan dalam mata uang apapun menawarkan perkiraan imbalan yang sama besarnya (yakni apabila diukur atau dihitung dengan satuan yang sama)
Andaikata suku bunga dan perkiraan kurs masa mendatang tetap, maka kondisi paritas suku bunga dapat menjamin bagi adanya keseimbangan kurs. Seandainya saja perkiraan imbalan dari simpanan Euro lebih besar dari pada simpanan Dolar, misalnya, maka Dolar akan segera mengalami depresiasi terhadap Euro. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresias,I Dolar pada saat ini akan mengurangi perkiraan tingkat depresiasi Dolar terhadap Euro di masa mendatang. Demikian pula halnya bila perkiraan imbalan dari simpanan Euro lebih kecil dari pada simpanan Dolar, maka dolar segera mengalami apresiasi terhadap Euro. Bila semua kondisi lakin tak lebih menarik (menguntungkan) di mata para pemilik simpanan, oleh karena apresiasi tersebut meningkatkan perkiraan tingkat depresiasi Dolar terhadap mata uang Eropa itu di masa akan datang.
Bila semua kondisi lain tetap, kenaikan suku bunga Dolar akan menyebabkan apresiasi Dolar terhadap Euro sedangkan kenaikan suku bunga Euro akan menyebabkan Dolar mengalami depresiasi terhadap Euro. Kurs yang tengah berlaku juga dipengaruhi oleh berbagai macam perubahan atas perkiraan kurs untuk kurun waktu mendatang. Sebagai contoh, apabila terjadi perkiraan kurs Dola/ Euro untuk masa yang akan datang, maka jika suku bunganya tetap, kurs Dolar/ Euro yang tengah berlaku akan meningkat.


BAB 14 UANG, SUKU BUNGA DAN KURS Uang Sebagai Alat Tukar

Fungsi dari uang adalah sebagai alat tukar ( medium of exchange) atau sebagai alat pembayaran yang diterima secara luas. Arti penting fungsi sebagai alat tukar ini bisa kita hayati dengan cara membayangkan bagaimana bentuk konsumsi, bagaimana masyarakat membeli barang dan jasa di dunia yang hanya mengenal cara perdagangan barter, yakni dimana setiap barang dan jasa harus langsung dipertukarkan secara langsung dengan barang dan jasa. Bayangkan, jika Anda memiliki seekor kambing, dan Anda tengah membutuhkan pakaian. Berapa banyak, tenaga dan waktu yang harus anda habiskan untuk mencari seseorang yang ingin menjual pakaian dan sekaligus tengah memerlukan kambing.
Uang menghemat biaya pencocokan kepentingan yang begitu besar dalam sistem barter karena uang telah diterima secara universal. Uang dapat menghemat biaya-biaya, oleh karena uang memungkinkan seseorang untuk menjual suatu barang dan jasa yang dihasilkannya ke orang lain yang tidak harus merupakan produsen barang dan jasa yang hendak dikonsumsikan. Perekonomian modern yang begitu kompleks akan lumpuh tanpa adanya alat pembayaran standar dan mudah dipergunakan.
Uang Sebagai Satuan Hitung
Peranan penting uang yang kedua adalah sebagai satuan hitung (unit of account) atau sebagai pengukur nilai yang diterima secara luas. Peranan inilah yang kita temui di dalam Bab 13. Di situ kita lihat harga-harga barang, jasa dan asset selalu dinyata,kan dalam satuan uang. Sedangkan kurs memungkinkan kita untuk menerjemahkan harga-harga uang dari berbagai Negara atas dasar ukuran yang sama. Kembali ke contoh tadi. Kalau pun anda beruntung menemukan seorang penjahit yang istrinya tengah mengidam sate kambing, lantas berapa helai pakaian yang harus Anda minta untuk seekor kambing? Jika pakaian yang tersedia hanya satu helai, haruskah Anda memotong bagian kepala atau kaki kambing itu saja?
Kebiasaan menyatakan harga dalam satuan uang jelas menyederhanakan berbagai kalkulasi ekonomi karena hal itu memudahkan perbandingan harga-harga dari aneka komoditi yang diperdagangkan. Perbandingan harga internasional pada Bab 13, yang menggunakan kurs untuk membandingkan harga-harga output dari berbagai Negara, mirip dengan kalkulasi yang harus Anda lakukan setiap hari seadainya aneka harga komoditi tidak dinyatakan dengan satuan hitung yang standar. Kalau kalkulasi di Bab 13 saja sudah memusingkan, bayangkan saja apa yang terjadi seumpama setiap kali kita harus menghitung harga-harga berbagai barang dan jasa yang kita konsumir dalam nilai satuan baranng dan jasa lainnya.
Uang Sebagai Penyimpan Nilai / Daya Beli
Oleh karena uang dapat mengalihkan daya beli sekarang menjadi daya beli di masa mendatang, maka uang juga merupakan asset atau sebuah penyimpanan nilai/daya beli (strore of value). Unsur ini penting sekali bagi setiap benda yang menjadi alat pembayaran, karena tak seorang pun mau menerima alat pembayaran yang daya belinya (atau nilainya dalam satuan barang dan jasa) menyusut terlalu cepat. Mungkin kambing Anda tadi juga bisa dipelihara sebagai penyimpan kekayaan. Apalagi kalau ia betina sehingga bisa beranak pinak. Namun, tentu saja uang jauh lebih praktis disimpan daripada seekor kambing yang harus senantiasa dijaga, diurus dan diberi makan.
Namun manfaat uang sebagai alat tukar secara angsung menjadikannya sebagai asset paling likuid. Sebagaimana kita ketahui dari Bab 13, sebuah asset dikatakan likuid bila ia bisa dijadikan (atau ditukarkan) barang dan jasa dengan cepat tanpa memerlkukan biaya transaksi yang tinggi, misalnya untuk memberi imbalan untuk pihak perantara. Karena uang selalu siap diterima sebagai alat pembayaran, maka uang menjadi stadar likuiditas (liquidity) asset-aset lainnya. Kalau Anda menyimpan uang, maka kapan saja Anda membutuhkannya, seketika itu juga Anda bisa menggunakannya. Tapi kalau yang disimpan kambing, maka Anda harus bersusah payah menjualnya terlebih dahulu, belum lagi harganjya tera ncam turun karena Anda tengah kepepet.
Proses Pembentukan Penawaran Uang
Penawaran uang dari suatu perekonomian dikendalikan oleh Bank Sentral. Bank Sentral secara langsung mengatur jumlah uang kartal yang beredar dan secara tidak langsung mengendalikan jumlah simpanan atau uang giral yang dikelola oleh bank-bank swasta. Prosedur-prosedur yang digunaka Bank Sentral dalam mengendalikan penawaran uang sangat kompleks. Di sini kita cukup berasumsi bahwa sebuah Bank Sentral dari suatu Negara selalu mampu mengatur dan mengelola besarnya penawaran uang sesuai dengan kehendaknya.
Uang dimiliki (disimpan dalam bentuk tunai) karena unsur likuiditasnya. Bila diperhitungkan dalam konteks riil, maka permintaan uang agregat bukanlah permintaan akan sejumlah unit uang tunai, melainkan suatu permintaan terhadap sejumlah daya beli (purcnhasing power). Permintaan uang riil agregat secara negatif ditentukan oleh opportunity cost kepemilikan uang (diukur berdasarkan suku bunga domestic ) dan secara positif ditentukan oleh volume transaksi dalam perekonomian secara keseluruhan (diukur atas dasar GNP riil)
Pasar uang berada dalam kondisi keseimbangan apa penawaran uang riil sama dengan permintaan uang riil agregat. Bila tingkat harga atau output riil dia baikan, maka kenaikan dalam penawaran uang akan menurunkan suku bunga, sedangkan penurunan penawaran uang akan meningkatkan suku bunga. Kenaikan output riil juga meningkatkan suku bunga (dengan catatan, tingkat harga diabaikan atau dianggap tidak akan berubah), sedangkan penurunan output riil menimbilkan dampat sebelumnya.
Kenaikan penawaran uang menurunkan suku bunga domestic sehingga selanjutnya mendorong mata uang domestic mengalami depresiasi di pasar valuta asing (meskipun perkiraan kurs di masa mendatang tidak berubah). Demikian pula, penurunan penawaran uang domestik menyebabkan mata uang domestik mengalami apresiasi terhadap valuta-valuta asing
Asumsi bahwa tingkat harga tidak berpengaruh dalam jangka pendek merupakan penyederhanaan yang bisa diterima atas kenyataan yang ada di Negara-negara yang tingkat inflasinya rendah. Namun dalam jangka panjang, asumsi ini tidak dapat dipertahankan. Perubahan permanen dalam penawaran uang mendorong keseimbangan jangka panjang dari tingkat harga secara proporsional kearah yang sama, namun tidak akan mempengaruhi nilai-nilai jangka panjang dari output, suku bunga atau harga relatif yang mana pun. Salah satu harga uang (money price) terpenting yang nilai keseimbangan jangka panjangnya meningkat secara proporsional dengan kenaikan permanen dalam penawaran uang adalah nilai tukar, yakni harga uang domestik dari valuta asing atau kurs.
Kenaikan penawaran uang dapat menimbulkan lonjakan kurs; kenaikan kurs pada jangka pendek biasanya melalui kurs jangka panjangnya. Jika output tidak berubah, maka kenaikan penawaran uang secara permanen, misalnya menyebabkan depresiasi jangka pendek mata uang Negara yang bersangkutan yang lebih besar dari sekedar proporsional, yang kemudian akan disusul dengan apresiasi mata uang tersebut menuju ke nilai kurs jangka panjangnya. Lonjakan kurs (exchange rate overshooting) membuat kurs makin mudah berubah-berubah. Ini merupakan akibat langsung dari gejolak jangka pendek yang mengiringi proses penyesuaian tingkat harga dan kondisi paritas suku bunga (interest parity)


BAB 15 TINGKAT HARGA DAN KURS DALAM JANGKA PANJANG

Teori paritas daya beli (PPP – Purchasing Power Parity), secara definitive, menyatakan bahwa kurs antar-mata uang sama dengan nisbah tingkat harga masing-masing Negara pemilik nya; tingkat harga ini dihitung berdasarkan harga uang dari suatu komoditi acuan. PPP sama artinya dengan pernyataan bahwa daya beli suatu mata uang sama besarnya di setiap Negara. Selain PPP absolute, teori PPP masih memiliki versi yang lain, yakni PPP relatif yang memprediksikan bahwa perubahan persentase kurs sama dengan selisih tingkat inflasi nasional.
Landasan utama teori PPP adalah dalil suatu harga (law of one price). Dalil ini pada dasarnya menyatakan bahwasannya apabila perdagangan benar-benar bebas dan sama sekali tidak ada hambatan, tariff maupun non-tarif, apa pun terhadapnya, maka suatu barang pasti dijual di bagian manapun dari dunia ini dengan harga yang persis sama. Para pendukung dari teori PPP bahkan sering menegaskan bahwa kesahihan teori PPP tidak ditentukan oleh keberlakuan dalil satu harga atas setiap komoditi.
Pendekatan moneter terhadap kurs (monetary approach to the exchange rates) juga menggunakan PPP untuk menjelaskan perilaku kurs dalam jangka panjang semata-mata berdasarkan penawaran dan permintaan uang. Menurut pendekatan ini selisih suku bunga internasional dalam jangka panjang bersumber dari perbedaan tingkat inflasi masing-masing Negara (inilah yang dipredkiksi sebagai Efek Fisher). Adapun perbedaan tingkat inflasi dalam jangka panjang tersebut disebabkan oleh perbedaan tingkat pertumbuhan moneter dari masing-masing Negara. Pendekaan moneter juga mendapati bahwa kenaikan suku bunga yang terjadi di suatu Negara akan segera diikuti dengan depresiasi mata uang nasionalnya. Dengan adanya PPP relatif, maka selish suku bunga internasional (yang sama dengan perkiraan perubahan persentase kurs) juga akan sama dengan perkiraan selisih inflasi internasional
Data-data empiris yang ada ternyata kurang sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh PPP maupun dalil suatu harga gagalnya konsep-konsep tersebut sesungguhnya berkaitan dengan terus menjamurnya hambatan-hambatan perdagangan dan mengikisnya semangat dan praktek-praktek persaingan bebas. Selain itu, penyusutan tingkat harga yang berbeda di Negara yang satu dengan Negara lain turut mempersulit upaya pengujian yang menggunakan indeks-indeks harga resmi terbitan pemerintah. Pada beberapa jenis produk tertentu, termasuk berbagai macam produk jasa, biaya transportasinya begitu tinggi sehingga produk-produk tersebut tidak bisa diperdagangkan secara internasional (inilah yang disebut sebagai produk non - tradable)
Penyimpangan dari PPP relatif bisa dipandang sebagai suatu perubahan kurs riil (real exchange rate) suatu Negara kurs riil ini adalah harga serangkakian komoditi luar negeri yang dinyatakan dalam satuan (in iterms of) serangkaian komoditi domestik. Apabila semua kondisi lainnya tetap (cateris paribus), mata uang suatu Negara akan mengalami apresiasi riil dalam jangka panjang terhadap mata uang asing apabila permintaan relatif terhadap produk-produk dari Negara itu mengalami peningkatan. Dalam kasus ini, kurs riilnya turun. Mata uang domestik dari Negara yang bersangkutan akan mengalami depresiasi riil dalam jangka panjang terhadap mata uang asing jika output domestik mengalami kenaikan secara relatif. Untuk kasus ini, kurs riil mata uang mengalami kenaikan.
Terbentuknya kurs nominal (nominal exchange rate) di dalam jangka panjang bisa dianalisis dengan gabungan dua teori. Yakni teori kurs riil jangka panjang dan teori mengenai bagaimana faktor-faktor moneter domestik bisa menentukan tingkat-tingkat harga jangka panjang. Peningkatan cadangan uang suatu Negara pada akhirnya mengakibatkan kenaikan yang proporsional dalam tingkat harganya dan penurunan yang juga proporsional atas nilai mata uangnya di pasar valuta asing (ini sesuai dengan prediksi PPP relatif). Perubahan tingkat pertumbuhan moneter (penawaran uang) juga menimbulkan dampak jangka panjang yang konsisten dengan PPP. Perubahan penawaran dan permintaan dalam pasar output menciptakan kurs yang tidak sesuai dengan PPP.
Kondisi paritas suku bunga menyamakan selisih suku nominal antar-negara dengan perkiraan perubahan persentase dalam kurs nominal. Apabila kondisi paritas suku bunga tersebut terpenuhi, maka kondisi paritas suku bunga riil akan menyamakan selisih perkiraan kurs riil internasional dengan perkiraan atas perubahan dalam kurs riil. Dengan adanya paritas suku bunga riil, maka selisih suku bunga nominal internasional sama dengan selisih atau perbedaa n inflasi ditambanh perkiraan perubahan persentase kurs riil.
Pembahasan berikut ini menggabungkan apa yang telah kita pelajari pasar asset dan perilaku kurs dalam jangka panjang, dengan sebuah elemen baru, yaitu sebuah teori yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana pasar output menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan tingkat permintaan apabila tingkat harga pada perekonomian yang bersangkutan terlalu lambat untuk menyesuaikan diri.
Perubahan-perubahan output mampu menggeser perekonomian dari kondisi full employment yang ideal itu. Perubahan ini seringkali juga dibarengi dengan terjadinya perubahan posisi atau pun saldo neraca perdagangan barang (merchandise trade account) dan neraca transaksi berjalan (current account). Oleh karena itu, keterkaitan antara output dengan variable-variabel makroekonomi lainnya senantiasa sangat diperhatikan oleh para pembuat kebijakan e,konomi. Kebijakan akan memakai model di dalam bab inki untuk mengetahui bagaimana alat-alat kebijakan makroekonomi dan mempengaruhi perekonomian secara umu, serta bagaimana alat-alat tersebut harus digunakan dalam rangka mempertahankan kondisi full employment.


BAB 16 OUTPUT DAN KURS DALAM JANGKA PANJANG

Teori yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana pasar output menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan tingkat permintaan apabila tingkat harga pada perekonomian yang bersangkutan terlalu lambat untuk menyesuaikan diri.
Perubahan-perubahan output mampu menggeser perekonomian dari kondisi full employment yang ideal itu. Perubahan ini seringkali juga dibarengi dengan terjadinya perubahan posisi ataupun saldo neraca perdagangan barang ( merchandise trade account) dan neraca transaksi berjalan (curret account). Oleh karena itu, keterkaitan antara output dengan variabel-variabel makroekonomi lainnya senantiasa sangat diperhatikan oleh para pembuat kebijakan ekonomi. Kita akan memakai model di dalam Bab ini untuk mengetahui bagaimana alat-alat tersebut harus digunakan dalam rangka mempertahankan kondisi full employment
Apa yang disebut sebagai permintaan agregant (aggregate demand) dari suatu pere konomian terbuka terdiri dari empat komponen, sama halnya seperti keempat komponen GNP, yaitu, permintaan konsumsi, permintaan investasi, permintaan pihak pemerintah, serta transaksi berjalan (permintaan ekspor bersih, atau permintaan ekspor dikurangi permintaan impor). Determinan utama neraca transaksi berjalan adalah kurs riil, yakni nisbah atau rasio tingkat harga luar negeri (yang diukur berdasarkan nilai mata uang domestik) dengan tingkat harga domestik.
Dalam jangka pendek, output terbentuk oleh persamaan antara permintaan dan penawaran agregat. Bila permintaan agregat lebih besar daripada output, maka perusahaan-perusahaan segera meningkatkan produksinya guna mencegah habisnya persediaan mereka dan memanfaatkan peluang untuk mencetak laba maksimal. Ada pun bila permintaan agregat lebih kecil daripada output, perusahaan akan mengurangi produksi demi mencegah menumpuknya persediaan
Keseimbangan (ekuilibrium) jangka pendek suatu perekonomian tercipta pada tingkat kurs dan output dimana permintaan agregat sama dengan tingkat penawarannya (dengan catatan, tingkat harga, perkiraan kurs dimasa mendatang, serta segenap kondisi ekonomi luar negeri diabaikan) dan pasar-pasar asset berada dalam posisi keseimbangan. Melalui sebuah diagram dengan dua sumbu yang masing-masing melambangkan kurs dan output rill, keseimbangan jangka pendek tersebnut dapat digambarkan sebagai titik perpotongan antara skedul DD yang menaik dari kiri bawah ke kanan atas (di garis inilah pasar output berada pada posisi keseimbangan dan skedul AA yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah ( di sinilah pasar asset berada dalam kondisi keseimbangan).
Kenaikan temporer dalam penawaran uang (yang tidak mengubah perkiraan kurs jangka panjang) mengakibatkan mata uang perekonomian yang bersangkutan mengalami depresiasi serta meningkatkan output. Ekspansi fiscal temporer juga dapat meningkatkan output, akan tetapi ia membuat mata uang domestik mengalami apresiasi. Kebijakan moneter (moneter policy) dan kebijakan fiskal (fiscal policy) bisa dan biasa digunakan pemerintah untuk mengatasi berbagai gangguan pada output dan employment.
Pergeseran permanen dalam penawaran uang (yang mengubah perkiraan kurs jangka pannjang) mengakibatkan perubahan kurs lebih tajam sehingga pengaruh yang ditimbulkan oleh pergeseran yang sementara skifatnya. Jika perekonlomian berada pada kondisi full employment, kenaikan permanen dalam penawaran uang menjurus kepada kenaikan tingkat harga yang pada akhirnya membalikkan pengaruh depresiasi nominal (akibat kenaikan penawaran itu) terhadap kurs riil. Dalam jangka panjang, output pada akhirnya akan kembali ke tingkatnya yang semula dan semua harga yang dinyatakan dalam satuan uang juga akan meningkat secara proporsional terhadap kenaikan penawaran uang tersebut.
Ekspansi fiscal permanen menyebabkan apresiasi mata uang yang lebih tajam bila dibandingkan dengan apresiasi yang ditimbulkan oleh ekspansi fiscal secara permanen, oleh karena ekspansi tersebut mengubah perkiraan kurs jangka panjang. Seandainya perekonomian mula-mula berada pada keseimbangan jangka panjangnya, apresiasi tambahan tersebut membuat barang dan jasa domestik demikian mahalnya sehingga dengan sendirinya memperburuk kondisi neraca transaksi berjalan dan mementahkan pengaruh kebijakan fiscal tersebut terhadap output dan employment. Dalam kasus ini, ekspansi fiscal permanen tersebut tidak akan menghasilkan pengaruh ekspansioner sama sekali.
Ada masalah praktis serius yang tidak memungkinkan pemerintah menyalahgunakan kemampuannya merang perekonomian hanya untuk kepentingan politik jangka pendek, yakni masalah bias inflasi (inflation bias). Selain itu masih ada beberapa masalah lainnya seperti sulitnya mengidentifikasikan sumber atau lamanya perubahan-perubahan ekonomi dan adanya kelambatan dari saat penerapan kebijakan hingga terjadinya efek yang diinginkan
Jika ekspor dan impor mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan kurs riil, maka neraca transaksi berjalan akan bergerak sesuai dengan pola kurva-J setelah terjadinya suatu depresiasi mata uang secara riil; jadi pertama-tama memburuk, selanjutnya membaik. Jika efek kurva-J seperti itu tercipta, maka depresiasi riil tersebut mula-mula menimbulkan efek kontraksioner terhadap output serta memacu pelonjakan kurs. Efek Beachhead akan menyertai efek kurva-J dalam memperlambat reaksi perusahaan terhadap perubahan kurs tersebut. Terobosan (pass-through) yang tidak penuh, yang disertai dengan lonjakan harga-harga domestic, juga dapat menurunkan kadar pengaruh yang ditimbulkan oleh kurs nomi nal terhadap kurs riil.



BAB 17
KURS BAKU DAN INTERVENSI VALUTA ASING
Empat hal penting yang perlu diketahui untuk menyadari mengapa kita harus memahami sistem kurs baku sebelum menganalisis masalah-masalah kebijakan makroekonomi kontemporer yaitu :
1. Mengambang terkendali (managed floating). Seperti telah disinggung di atas, bank-bank sentral acapkali melakukan intervensi ke pasar valuta asing untuk mempengaruhi kurs. Jadi, kurs Dolar dan mata uang Negara-negara industry tidak dilakukan oleh pemerintah, tapi juga tidak mengambang (bisa berubah-ubah) dengan bebas. Sistem kurs Dolar (nilai suatu mata uang diukur dengan uang dengan Dolar) yang bisa mengambang ini seringkali disebut sistem mengambang semu (dirty float). Istilah ini sengaja dibuat untuk membedakannya dari sistem mengambang murni, di mana pemerintah sama sekali tidak melakukan intervensi untuk mengubah kurs, yang kemudian disebut sebagai sistem mengambang bersih (clean float). Model yang kita kembangkan pada bab-bab dibuat berasumsi bahwa kurs yang ada sepenuhnya mengambang, atau clean float). Karena sistem moneter yang ada saat ini merupakan campuran antara sistem kurs buku “murni” dan sistem mengambang bersih, maka kita perlu mengetahui apa itu sistem kurs baku agar kita dapat memahami dampak-dampak intervensi terhadap pasar valuta asing pada sistem kurs mengambang.
2. Pengelolaan mata uang secara regional. Ada beberapa Negara yang bergabung membentuk serikat kurs (exchange rate unions). Melalui organisasi ini, para Negara anggota sepakat untuk membakukan kurs mata uang mereka satu sama lain dan membiarkan berfluktuasi dengan mata uang Negara bukan anggota. Sebagai contoh, dewasa ini Denmark dan Yunani membakukan nilai tukar mata uang mereka terhadap Euro dalam kerangka Exchange Rate Mekanism (ERM) Eropa.
3. Negara-negara berkembang dan yang tengah mengalami transisi. Bila kebanyakan Negara industry membiarkan mata uangnya berfluktuasi terhadap Dolar, Negara-negara berkembang tidak mampu melakukannya karena porsi mereka hanya seperenam perekonomian dunia. Banyak Negara berkembang termasuk bekas Negara komunis mencoba mematri atau melakukan nilai mata uangnya terhadap nilai Dolar, atau terkadang, terhadap sehimpunan mata uang kuat non-Dolar. Tabel 17-1 memperlihatkan bahwa hampir separuh Negara di dunia ini membakukan mata uangnya terhadap suatu mata uang atau sehimpunan mata uang. Sebagai contoh, Islandia melakukan nilai tukar matanya terhadap sekeranjang mata uang tertentu. Argentina mematri nilai mata uangnya terhadap Dolar AS; sedangkan Senegal terhadap franc Perancis. Kita tidak akan mampu memahami sepenuhnya masalah Negara-negara berkembang ini tanpa mengetahui berbagai implikasi sistem kurs baku.
4. Pelajaran-pelajaran masa lalu untuk masa mendatang. Di masa lalu, sistem kurs baku merupakan norma. Kehadirannya begitu mantap pada decade-dekade sebelum Perang Dunia Pertama, antara pertengahan 1920-an hingga 1931, dan antara 1945 hingga 1973. Dewasa ini banyak perekonomian/Negara serta para pembuat kebijakan merasa tidak puas dengan sistem kurs mengambang. Mereka kerapkali menawarkan berbagai pengaturan internasional yang baru yang mengarah ke bentuk-bentuk khas sistem kurs buku. Akankah rencana ini menguntungkan perekonomian dunia? Siapa yang akan diuntungkan, dan siapa yang akan dirugikan oleh sistem tersebut? Agar kita dapat membandingkan keunggulan-keunggulan sistem baku dan sistem mengambang (ini merupakan topic khusus Bab 19), kita harus mengerti bagaimana sistem kurs baku ini berfungsi.
Intervensi Bank Sentral Dan Penawaran Uang
Pada Bab 14 kita telah mendefenisikan penawaran uang sebagai jumlah total uang tunai dan uang giral (berupa simpanan-simpanan di bank) yang dimiliki oleh seluruh rumah tangga dan perusahaan, di sini juga diasumsikan bahwa sirkulasi jumlah uang tersebut dikendalikan oleh bank sentral. Guna memahami dampak-dampak intevensi bank sental dalam pasar valuta asing, terlebih dahulu kita perlu mengetahui bagaimana transaksi-transaksi bank sentral mempengaruhi penawaran uang.
Neraca Keuangan Bank Sentral dan Penawaran Uang
Alat utama yang akan kita gunakan untuk mempelajari transaksi-transaksi bank sentral adalah neraca keuangan bank sentral (central-bank balance sheet) yang mencatat aktiva (harta) dan passiva (kewajiban atau hutang) bank sentral. Sama seperti neraca keuangan lainnya, neraca keuangan bank sentral juga tersusun atas dasar prinsip-prinsip keseimbangan dasar akuntansi (double-entry principle: setiap transasksi dicatat dua kali, sekali di sisi aktiva, sekali di sisi pasiva). Setiap penambahan asset oleh bank sentral menghasilkan perubahan positif (pertambahan) pada sisi “Aktiva” (atau “Aset”) pada neraca tersebut. Sebaliknya, kenaikan kewajiban bank sentral akan menghasilkan pertambahan positif pada sisi “Pasiva” neraca keuangan itu.
Sterilisasi
Bank-bank sentral acapkali melakukan transakski asset luar negeri dan domestik yang sengaja dimaksudkan untuk meredam dampak-dampak tertentu yang ditimbulkan oleh operasi-operasi pasar valuta asing . kebijakan seperti ini disebut intervensi valuta asing sterill (sterilized foreign-exchange intervention). Kita dapat memahaminya melalui contoh berikut ini.
Umpamakan lagi bahwa Bank Sentral Pecunia menjual asset luar negerinya senilai $ 100 dan menerima cek senilai $ 100 dari bank swasta Pecunia pembayarannya. Transaksi ini menyebabkan penurunan serentak jumlah asset luar negeri dan kewajiban bank sentral tersebut, masing-masing senilai $100, sehingga mengurangi penawaran uang Pecunia. Jika bank sentral itu berniat meredam dampak penjualan asset luar negeri tersebut terhadap penawaran uang domestic, bank sentral dapat melakukannya dengan cara membeli asset-aset domestik, misalnya dalam bentuk obligasi pemerintah, senilai $ 100. Tindakan kedua ini meningkatkan jumlah asset domestic Pecunia dan kewajibannya senilai $ 100, sehingga sepenuhnya menghapus dampak yang ditimbulkan penjualan asset luar negerinya senilai $ 100 tadi terhadap tingkat penawaran uang. Jika bank sentral membeli obligasi pemerintah itu dengan sehelai cek, misalnya kedua transaksi terse but (penjualan asset luar negeri $ 100 dan pembelian asset domestik senilai $ 100 menimbulkan dampak terhadap neraca keuangan bank).
Terdapat suatu berkaitan langsung antara intervensi bank se ntral ke pasar valuta asing dengan tingkat penawaran uang domestic. Bila bank sentral suatu negara membeli asset-aset luar negeri, maka secara otomatis tingkat penawaran negara itu meningkat. Begitu pula sebaliknya, bila ia menjual asset-aset luar negeri, maka tingkat penawaran uangnya dengan sendirinya menurun. Neraca keuangan bank sentral (central-bank balance sheet) menunjukkan pengaruh intervensi bank sentral kepasar valuta asing yang mempengaruhi tingkat penawaran uang itu. Pada dasarnya, jumlah pasiva atau kewajiban (liabities) bank sentral, yang naik bila aktiva atau asset bank sentral naik dan turun jika asetnya turun, merupakan dasar proses penciptaan penawaran uang. Bank sentral dapat meredam intervensi terhadap tingkat penawaran uang dengan melakukan sterilasasi. Tanpa adanya, sterilisasi muncullah keterkaitan langsung antara kondisi neraca pembayaran dengan tingkat penawaran uang nasional yang tergantung pada bagaimana bank sentral mengelola celah pembayarannya.
Bank sentral dapat membakukan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain jika ia bersedia memperjualbelikan uang domestic dengan uang luar negeri dalam jumlah tak terbatas pada kurs yang tengah berlaku yang hendak dibakukan itu. Agar kurs tetap baku, bank sentral harus mengintervensi pasar valuta asing kapan pun itu diperlukan demi tercegahnya kelebihan tingkat penawaran atau permintaan asset-aset mata uang domestik. Jadi bank central harus senantiasa menyesuaikan jumlah asset luar negeri-dan juga tingkat penawaran uang agar pada kurs yang baku itu pasar asset tetap berada dalam kondisi keseimbangan
Komitmen pembakuan kurs memaksa bank sentral mengorbankan kemampuannya menggunakan kebijakan moneter untuk maksud-maksud stabilisasi. Pembelian asset domestic oleh bank sentral menimbulkan kemerosotan cadangan internasionalnya dalam jumlah yang sama, sehingga tingkat penawaran uang maupun output tidak berubah. Demikian pula sebaliknya, penjualan asset domestik akan meningkatkan jumlah cadangan internasionalnya dalam jumlah yang sama, tanpa menimbulkan pengaruh terhadap tingkat penawaran uang dan output.
Tidak seperti kebijakan moneter, pengaruh kebijakan fiskal terhadap output pada kurs baku justru lebih kuat daripada yang ada pada kurs mengambang. Pada sistem kurs bakku, dalam jangka pendek, ekspansi fiskal tidak menimbulkan apresiasi riil yang “mengacaukan” permintaan agregat. Melainkan, hal itu memaksa bank sentral untuk membeli aset-aset luar negeri dan memperbesar penawaran uang. Devaluasi juga meningkatkan permintaan agregat maupun penawaran uang dalam jangka pendek. (Revaluasi menimbulkan pengaruh yang sebaliknya). Dalam jangka panjang, ekspansi fiskal mengakibatkan apresiaski riil, kenaikan penawaran uang, dan lonjakan tingkat harga domestik; sedangkan devaluasi menyebabkan meningkatkan tingkat penawaran uang dan tingkat harga jangka yang sama besarnya dengan perubahan kurs itu.
Krisis neraca pembayaran terjadi bila para pelaku pasar memperkirakan bahwa bank sentral hendak mengubah kurs yang tengah berlaku. Jika pasar menganggap devaluasi segera terjadi, misalnya maka suku bunga domestic segera melonjak melebihi suku bunga dunia (suku bunga negara-negara lain), dan cadangan internasional merosot tajam akibat pelarian modal swasta. Krisis mata uang yang meluncur sendiri (self –fulfilling currency crisis) bisa terjadi pada sebuah perekonomian yang rentan terhadap spekulasi. Lazimnya krisis keuangan merupakan akibat tak terelakan dari kesalahan atau inkonsistensi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Sistem mengambang terkendali memungkinkan bank sentral mempertahankan sebagian kemampuannya untuk mengendalikan tingkat penawaran uang domestic, dengan resiko timbulnya gejolak kurs yang lebih parah. Tetapi jika obligasi domestik dan luar negeri merupakan substitusi yang sempurna, bank sentral akan mampu mengendalikan tingkat penawaran uang maupun kurs melalui intervensi pensterilan terhadap valuta asing. Data empiris ternyata tidak mendukung gagasan yang menyatakan bahwa intervensi pensterilan menimulkan pengaruh yang besar secara langsung terhadap kurs. Sekalipun obligasi domestic dan luar negeri merupakan substitusi yang sempurna (jadi premi risiko tidak perlu ada) intervensi pensterilan hanya berpengaruh secara tidak langsung melalui signaling effect yang mengubah pandangan pasar atas kebijakan-kebijakan yang akan diberlakukan.
Sistem kurs baku dunia, dimana setiap negara membakukan kurs mata uangnya terhadap suatu mata uang cadangan (reserve currency), mengandung asimetri atau ketimpangan yang mencolok. Negara pemilik mata uang cadangan, yang tidak berkewajiban membakukan kurs mata uang nya terhadap mata uang mana pun, mampu mempengaruhi kegiatan perekonomiannya sendiri maupun perekonomian seluruh dunia. Sebaliknya, negara- negara lain tidak berdaya mempengaruhi tingkat output mereka sendiri atau output negara lain melalui kebijakan moneter. Ketimpangan ini mencerminkan kenyataan bahwa reserve center terbebas dari beban pengelolaan neraca pembayara nnya.
Sedangkan standar emas, di mana semua negara membakukan kurs mata uan nya terhadap emas, terbebas asimetri standar reserve currency, sekalipun menenpatkan batasan terhadap pertumbuhan moneter semua negara. Namun standar emas ini mengandung beberapa kelemahan serius yang membuatnya tidak praktis sebagai cara pengorganisasian sistem moneter internasional dewasa ini. Bahkan standar kurs emas pasca Perang Dunia Kedua bertumpu pada Dolar pun terbukti tidak tahan.

Ekuilibrum Pasar Valuta Asing Dengan Substitusi Aset Tak Sempurna
Permintaan
Karena setiap orang tidak menyukai risiko, yang akan menurunkan nilai riil kekayaan mereka, maka mereka berusaha mencari aset yang selain keuntungannya cukup tinggi risikonya juga tidak terlalu membahayakan. Seseorang yang menyimpan seluuh kekayaannya ke dalam Pound Inggris, misalnya mungkin bisa memetik keuntungan yang besar, tapi bila secara tak terduga Pound Inggris mengalami depresiasi, ia akan sangat terpukul. Dari sini muncul strategi yang lebih cermat, yakni menanamkan kekayaan dalam berbagai macam mata uang; jadi salah satu mengalami depresiasi, kenaikan seimbang atas mata uang lain akan mengimbangi. Dengan cara lain, seorang investor dapat memecah atau memperkecil resiko.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya permintaan individu /swasta secara agregat (keseluruhan), maka kita harus menambahkan suatu permintaan atau
dan semua individu atau i. Penjumlahan ini akan membentuk tingkat permintaan agregat atas obligasi dalam mata uang domesik, atau
yang juga merupakan fungsi kenaikan perkiraan keuntungan riil yang dijanjikan obligasi dalam mata uang domestik. Sebab itu
Permintaan = Bd [R-R* -(Ee-E)/E ]
= Penjumlahan seluruh i dari
[R-R* -(Ee-E)/E ]
Dengan adanya beberapa individu atau investor yang meminjam mata uang domestic, sehingga memasok obligasi dalam mata uang domestic, Bd harus ditafsirkan sebagai permintaan bersih (netto) sector swasta obligasi dalam uang domestik.


Penawaran
Dengan penafsiran tersebut, maka tingkat penawaran yang harus ada (demi terciptanya keseimbangan pasar) merupakan (atau sama dengan) seluruh tingkat penawaran bersih obligasi dalam mata uang domestik kepada sector pemerintah, yakni suplai Bd atau penawaran obligasi yang tidak jatuh ke tangan sector swasata / individu. Oleh karena itu, total penawaran harus sama dengan nilai obligesi dalam mata uang domestic yang berada di tangan pemerintah, atau B, dikurangi nilai asset-aset dalam mata uang domestic yang dikuasai oleh Bank Sentral, atau A: Penawaran = B - A
A harus dikurangkan dan B untuk memperoleh penawaran bersih obligasi itu, karena pembelian obligasi oleh Bank Sentral mengurangi tingkat penawarannya bagi sector swasta. Biasanya, kita juga harus mengurangkan dan B atau total asset dalam mata uang domestic yang dikuasai oleh berbagai bank sentral negara-negara lain).
Keseimbangan
Premi resiko atau P, terbentuk oleh interaksi permintaan dan penawaran. Rumusnya adalah:
p = R- R* - (Ee - E)/E,
artinya, premi risiko merupakan selisih antara perkiraan hasil keuntungan obligasi domestic dan luar negeri. Dengan demikian, kita juga bisa merumuskan permintaan bersih sector swasta atas obligasi dalam mata uang domestic sebagai suatu fungsi kenaikan premi risiko. Peraga 17AI-1 memperlihatkan hubungan tersebut melalui garis permintaan obligasi domestic yang mengarah ke atas.



Pendekatan Moneter Terhadap Neraca Pembayaran
Seperti telah dibahas sebelumnya, ikatan yang erat antara neraca pembayaran dengan tkingkat penawaran uang domestik menunjukkan bahwa fluktuasi volume cadangan bank sentral dapat dianggap sebagai akibat dan berbagai perubahan di pasar uang. Metode analisis neraca pembayaran seperti ini disebut pendekatan moneter terhadap neraca pembayaran (moneter approach to the balance of payments). Pendekata ini dikembangkan pada 1950-an dan 1960-an oleh departemen riset IMF yang dikepalai oleh Jacques J, Polak, Harry G. Jhonson, dan Robert E. Mundell serta para mahasiswa mereka di Universitas Chicago
Pendekatan moneter ini dapat diilustrasikan melalui sebuah model sederhana yang mempertautkan neraca pembayaran dengan berbagai perkembangan atau perubahan di pasar uang. Pertama-tama ingatlah bahwa pasar uang berada dalam kondisi ekuilkibrium jika tingkat permintaan uang riil sama dengan tingkat penawarannya, atau:
Ms/P = L (R,Y) (17AII-1)
Kini, kkita simbolkan saja F* sebagai seluruh aset luar negeri milik bank sentral (terhitung dalam satuan mata uang domestik), dan A adalah aset-aset domestic (kredit domestik). Jika µ adalah faktor penggandaan uang (money multiplier) yang mendefenisikan hubungan antara total asset milik sentral (F*+ A) dan penawaran uang :
Ms = µ (F* + A) (17AII-2)
Perubahan aset luar negeri bank sentral selama beberapa waktu, atau F*, sama dengan saldo neraca pembayaran (bagi negara- negara selain negara pemilik mata uang cada ngan; atau selain Amerika Serikat). Dengan menggabungkan persamaan (17AII-1) dan (17AII-2), kita dapat merumuskan asset luar negeri bank sentral sebagai berikut :
F* = (1/ µ) PL (R,Y) – A
Jika kita asumsikan konstan, maka surplus neraca pembayaran adalah :
F* = (1/ µ) [PL (R,Y)] – A
Persamaan terakhir itu merupakan inti pe ndekatan moneter. Faktor pertama sebelanh kanan mencerminkan berbabgai perubahan permintaan uang nominal, ini menunjukkan bahwa, caterisparibus, kenaikan permintaan uang akan mendatangkan surplus neraca pembayaran dan kenaikan penawaran uang yang pasti mengiringinya demi terpeliharanya keseimbangan pasar uang. Faktor kedua persamaan neraca pembayaran mencerminkan berbagai faktor penawaran dalam pasar uang. Kenaikan kredit domestic menimbulkan kenaikan relatif penawaran uang terhadap permintaan uang (cateris paribus), sehinga neraca pembayaran ekuilibrium pasar uang.
Penentuan Krisis Neraca Pembayaran
Penentuan saat terjadinya krisis neraca pembayaran tidak bisa didasarkan pada kebijakan pemerintah semata. Kita tidak hanya harmus memperhatikan kebijakan yang tengah dijalankan, tapi juga rencana-rencana pemerintah dalam menata perekonlomian di masa mendatang. Di sini ada dua asumsi mengenai perilaku pemerintah, yaitu ; (1) Bank Sentral memungkinkan penimbunan kredit domestic, atau A sehingga jumlahnya terus men,ingkat sampai batas waktu yang ditentukan ; (2) Bank Sentral tengah membakukan kurs pada tingkat E 0 tapi segera mengambangkannya secara bebas jika cadangan asset luar negerinya, atau F*, mulai habis. Kurs pada tingkat E0 akan dicoba dipertahankan dengan cara menjual asset cadangan luar negerinya pada tingkat harga itu selama aset itu selama asset itu masih mereka miliki.


BAB 18 SISTEM BRETTON WOODS DAN DANA MONETER INTERNASIONAL (IMF)
Pada bulan Juli 1994, para wakil empat puluh empat negara bertemu di Bretton Woods New Hampshire, Amerika Serikat, untuk merangsang dan menandatangani pasal-pasal perjanjian (Article of Agrreement) pembentukan Dana Moneter Internasional (IMF-International Monetary Fund). Meskipun perang masih berjecamuk, para negarawan Sekutu telah berpandangan jatu ke depan, mereka merasa merumuskan sesuatu untuk memenuhi berbagai kebutuhan ekonomi dunia seusai perang. Mereka masih ingat betapa kacaunya situasi ekonomi sebelum perang berlangsung, dan mereka ingin merancang suatu sistem moneter internasional yang menja min terciptanya full employment dan stabilitas harga, sekaligus memungkinkan semua negara menggapai keseimbangan eksternal tan pa melakukan pembatasan perdagangan.
Sistem yang dirancang dalam perjanjian Bretton Woods me nsyaratkan suatu kurs yang baku antara berbagai mata uang terhadap Dolar Amerika Serikat, dan antara Dolar dengan emas pada tingkat $ 35 per ons. Semua negara peserta akan menggunakan emas atau Dolar sebagai bagian negara peserta akan menggunakan emas dan dolar itu untuk memperoleh emas kepada Federal Reserve dengan harga resmi. Dengan demikian, sistem ini merupakan sistem standar tukar emas, di mana Dolar merupakan mata uang cadangan (reserve currency) yang utama. Menurut terminologi Bab 17 , Dolar adalah “mata uang ke-N” yang khusus berbeda dari semua mata uang yang secara definitive merupakan mata uang N-1 dari sistem (lihat kembali Bab 17). A merika Serikat hanya dibenarkan melakukan inter vensi terhadap pasar valuta asing dalam keadaan darurat, yakni dalam ranbgka menstabilkan harga atau nilai tukar Dolar terhadap emas, sedangkan bank sentral negara lain dibenarkan untuk melakukan intervensi selama itju diperlukan untuk menjaga kesta bilan kurs mata uangnya secara umum.
Tujuan-tujuan dan Struktur IMF
Isi perjanjian pembentukan IMF sangat dipengaruhi oleh pengalaman buruk selama periode selang dua perang dunia dimana tingkat harga kondisi keuangan umumnya sangat tidak stabil, yang telah mengakkibatkan pengganguran dan disintegrasi ekonomi internasional pasal-pasal nya sedapat mungkin disusun untuk menghindari terulangnya semua pengalaman buruk tersebut, meskipun cukup ketat, tapi perjanjian IMF ini mas,ih menyisipkan beberapa kelonggaran tertentu.
Salah satu unsur pokok manajemen moneter di dalamnya adalah kenharusan bagi semua negara untuk membakukan kurs mata uangnya terhadap Dolar, seda ngkan Dolar harus dibakukan nilainya terhadap e mas. Jika bank sentral suatu negara selain Amerik Serikat menerapkan ekspansi moneter yang berlebihan, ia akan rugi sendiri karena kehilangan cadangan internasional dan pada akhirnya takkan mampu mempertahankan kebakuan kurs mata uangnya terhadap Dolar. Bank sentral juga tidak diharapkan melakukan ekspansi moneter yang terlalu tinggi karena hal itu mengakibatkan terakumulasinya Dolar ke cadangan bank-bank sentral berbagai negara Fed tentu akan mengalami kesulkitan jika bank-bank sentral itu.
Dalam suatu perekonomian terbuka, para pembuat kebijakan memusatkan perhatian pada tercapainya keseimbangan internak (berupa full employement dan tingkat harga yang stabil) serta keseimbangan internal (berupa full employement dan tingkat harga yang optimal, yang memungkinkan negara membayar kembali utang luar negeri, tapi juga tidak memaksanya memberikan pinjaman ke negara lain besar-besaran). Definisi keseimbangan eksternal ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk bentuk rezim moneter dan kondisi perekonomian dunia. Karena kebijakan makroekonomi suatu negara selalu mempengaruhi negara-negara lain.
Sistem stndar emas mengandung makanisme penjaga keseimbangan eksternal yang cukup efektif, yakni mekanisme arus harga-logam mulia. Arus emas yang menyertai surplus dan deficit menimbulkan perubahan harga yang mengurangi ketidakseimbangan transaksi berjalan, sehingga cenderung mendorong semua negara menuju keseimbangan eksternal.
Berbagai upaya mengembalikan sistem standar emas sejak 1918 tidak membuahkan hasil. Ketika perekonomian dunia terjebak dalam resesi mulai tahun 1929, standar emas yang baru saja dibangun kembali langsung lumpuh dan ekonomi internasional mengalami perpecahan. Dalam kondisi ekomi yang serba tak menentu itu, pemerintah menjadikan keseimbangan internal sebagai prioritas utama. Dalam rangka menghindarkan kesulitan eksternal, mereka membatasi hubungan ekonomi dengan negara-negara lain.
Para arsitek IMF berkeinginan merancang suatu sistem kurs baku yang bias memacu pertumbuhsn perdagangan internasional sekaligus memungkinkan tercapainya keseimbangan eksternal tanpa harus mengorbankan kepentingan internal. Untuk IMF dilengkapi dengan fasilitas pembayaran bagi negara yang mengalami defisit, serta kelonggaran bagi setiap negara yang mengalami “dis-ekuilibrium fundamental” untuk mengadakan penyesuaian kurs. Semua negara membakukan kurs mata uang terhadap Dollar. Sedangkan Amerika Serikat membakukan Dollar terhadap emas, dan ia bersedia menukarkan setiap Dollar milik bank-bank sentral negara lain dengan emas simpananya atas dasar harga resmi, yakni $35 per ons emas.
Setelah koversibilitas mata uang di Eropa pulih pada tahun 1958, pasar keuangan di berbagai negara makin terintegrasi sehingga kebijakan moneter makin kurang efektif, dan arus cadangan internasional semakin deras. Untuk mencapai keseimbangan internasional dan eksternal secara serempak, kebijakan pengalihan pembelanjaan dilakukan. Kemungkinan dilakukannya pengalihan-pembelanjaan (=perubahan kurs) mendorong timbulnya arus permodalan spekulatif yang melemahkan kebakuan kurs. Sebagai negara mengalami pemilik mata uang cadangan yang utama, Amerika Serikat menghadapi masalah keseimbangan eksternal yang lain dari yang lain, yakni masalah kepercayaan. Masalah ini timbul jika Dollar yang diakumulasikan bank-bank sentral negara lain lebih banyak daripada jumlah emas milik Amerika yang harus menyangganya.

BAB 19 KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN KOORDINASI DALAM SISTEM KURS MENGAMBANG

Keunggulan Sistem Kurs Mengambang
Ketika krisis kurs internasional semakin rumit dan sering terjadi di penghujung 1960-an, para ekonom mulai menyarankan perlunya kelonggaran yang lebih besar bagi fluktuasi kurs. Banyak diantaranya meyakini bahwa sistem kurs mengambang (yang tidak mengharuskan bank sentral mengintervensi pasar valuta asing dalam rangka membakukan kurs) tidak hannya secara otomatis menjamin terciptanya kelonggaran kurs, tapi juga akan menghasilkan sejumlah manfaat lain bagi perekonomian dunia. Sistem kurs mengambang dimiliki tiga keunggulan pokok, yakni:
1. Otonomi Kebijakan Moneter
2. Simetri
3. Kurs sebagai stabilisator otomatis
Kelemahan Kurs Mengambang
Pengalaman kurs mengambang yang kurang memaskan pada tahun-tahun antara dua perang dunia membuat banyak pihak meragukannya sebagai penggati sistem Bretton Woods. Sejumlah ekonom merasa skeptis terhadap saran-saran para pendukung sistem kurs mengambang. Bahkan ada yang berpendapat bahwa penerapan sistem kurs mengambang justru akan lebih merugikan perekonomian dunia. Ada lima hal yang dikemukakan sebagai kelemahanutama sistem kurs mengambang, yaitu:
1. Disiplin
2. Spekulasi dan gangguan pasar uang yang merusak stabilitas
3. Ancaman terhadapinvestasi dan pengadaan Internasional
4. Kebijakan – kebijakan ekonomi yang tak terkoordinasi
5. Ilusi mengenai otonomi yang lebih besar
Spekulasi dan Gangguan Pasar Perusak Stabilitas
Pengalaman buruk sistem kurs mengambang pada tahun-tahun antara dua perang adalah selalu terbukanya kemungkinan spekulasi mata uang yang sangat mengacaukan kurs. Jika para pedagang valuta asing mengetahui bahwa suatu mata uang akan mengalami depresiasi, maka mereka akan segera menjual mata uang itu karena mengharapkan depresiasi itu benar-benar terjadi atau berlangsung terus. Spekulasi perusak stabilitas ini cenderung memperbesar gejolak nilai jangka panjang kurs yang seharusnya hannya terjadi akibat suatu gangguan ekonomi tak terduga. Terlepas dari dampak negatifnya terhadap merangsang timbulnya keyakinanakan terjadi inflasi dan mendorong keyakinan tingkat harga serta upah, sehingga pada akhirnya memicu terjadinya depresiasi lebih lanjut. Negara yang bersangkutan pun terjebak dalam “lingkaran setan” depresiasi dan inflasi” dan sulit untuk terlepas.
Penurunan drastis laju pertumbuhan moneter Amerika Serikat, dibarengi dengan lonjakan defisit anggaran pemerintah federal, mengakibatkan apresiasi Dollar secara besar-besaran antara 1980 hingga awal 1985. Amerika maupun negara maju laninnya terlanda inflasi yang membuat laju pertumbuhan moneter sedunia merosot. Selama 1990an, stabilitas kurs kurang diperhatikan sebagai sasaran kebijakan ekonomi. Pemerintah di banyak negara justru lebih mementingkan upah menekan inflasi domestic sembari terus memacu terus pertumbuhan ekonomi.
Periode 1973-1980 merupakan periode dimana sistem kurs mengambang nampaknya mampu berfungsi cukup baik secara keseluruhan. Terutama, sistem ini telah melepas banyak negara dan keharusan mempertahankan kebakuan kurs dalam menghadapi stagnasi yang diakibatkan oleh dua kejutan harga minyak. Dolar mengalami depresiasi tajam sejak 1976 karena Amerika Serikat menerapkan kebijakan makroekonomi yang lebih ekpansioner daripada negara indusri lainnya.
Pengalaman sistem kurs mengambang selama ini tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang diprediksikan oleh para pendukung maupun penantangnya. Namun ada satu pelajaran yang pasti dari pengalaman tersebut, yakni bahwa tidak ada sistem kurs yang mampu berfungsi dengan baik tanpa adanya kerjasama ekonomi internasional. Berbagai kelemahan kurs mengambang akan senantiasa terjadi. Namun, bila konsultasi dan kerja para perumus kebijakan di negara-negara industri ditingkatkan, maka fungsi kurs mengambang bisa menjadi lebih baik.


BAB 20 AREA MATA UANG OPTIMAL DAN PENGALAMAN EROPA

1 Januari 1999, 11 dari 15 negara anggota Uni Eropa (UE) memberlakukan mata uang bersama, Euro. Wilayah yang turut mengguankan Euro lazim disebut Zona Euro. Kelahiran Euro membakukan secara permanen kurs antar mata uang negara-negara EMU. Namun untuk turut menggunakan mata uang bersama, para anggota EMI harus merelakan lebih banyak kedaulatan dalam penggunaan kebijakan moneter ketimbang yang dituntut oleh sebuah rezim kurs baku. Mereka bahkan harus merelakan hilangnya mata uang nasional dan menyerahkan wewenang kebijakan moneternya kepada Sistem Bank Sentral Eropa (ESCB).
Perkembangan Mata Uang Tunggal Eropa
Sistem moneter Internasional Bretton Woods yang runtuh pada tahun 1973 menetapkan standar nilai tukar baku (tetap) kepada setiap negara anggotanya terhadap nilai tukar Dollar Amerika Serikat dan sebagai hasilnya juga menetapkan tingkat nilai tukar antara setiap pasang mata uang non-Dollar.
Insiatif Reformasi Mata Uang Eropa, 1969-1978
Sebenarnya apa yang mendesak negara-negara uni Eropa dalam tersebut untuk mencapai koordinasi yang lebih kukuh atas kebijakan-kebijakan moneter dan usaha pemeliharaan stabilitas nilai tukar selama penghujung dasawarsa 1960-an. Ada dua motif utama yang melandasinya, yang juga merupakan alas an-alasan pokok pemberlakuan Euro.
1) Untuk meningkatkan peran Eropa dalam sistem moneter dunia. Krisis mata uang kesiapan dan kesungguhan pemerintah Amerika Serikat untuk lebih mengedepankan tanggung jawab moneter internasionalnya daripada kepentingan-kepentingan nasionalnya sendiri. Dengan adanya satu suara dalam isu-isu moneter, negara-negara anggota Uni Eropa berharap bisa mempertahankan kepentingan-kepentingan ekonominya sendiri secara lebih efektif, khususnya dalam rangka menghadapi apa yang mereka anggap sebagai tekanan-tekanan dari AS.
2) Untuk membawa Uni Eropa ke suatu pasar tunggal dalam pengertian yang sesungguhnya. Meskipun dalam perjanjian Roma tahun 1957 tentang pembentukan Uni Eropa telah ditetapkan mengenai penyatuan pabean, masih terdapat hambatan-hambatan di dalam wilayah Eropa. Suatu hal yang merupakan tujuan konsisten negara-negara Uni-Eropa sebuah pasar tunggal raksasa yang integrative sebagaimana halnya perekonomian AS sangat besar itu. Bagaimana juga, para pejabat Eropa berpendapat bahwa ketidakmampuan kurs atau nilai mata uang.
Teori Area – Area Mata Uang Optimal
Untuk menimbang biaya ekonomis dari penggabungan sekelompok negara dalam suatu pengaturan nilai tukar baku, dan juga berbagai keuntungan yang bisa dibuahkannya, memerlukan suatu kerangka pemikiran sistematis tentang daya stabilitasi yang mungkin harus dikorbankan oleh negara pelakunya, dan manfaat berupa peningkatan efisiensi dan kredibilitas yang mungkin diraihnya dari pembakuan nilai tukar mata uangnya tersebut.
Traktat Maastrcht menetapkan serangkaian kriteria kovergensi makroekonomi yang harus dipenuhi setiap negara Uni Eropa yang berniat bergabung ke dalam EMU. Tujuan pokok adanya kriteria kovergensi ini adalah untuk meyakinkan para pemilik suara di negara-negara inflasi rendah bahwa mata uang yang baru dikelola bersama itu akan kuat menghadapi tekanan inflasi seperti hanya DM. Pakta Stabilitas dan Pertumbuhan yang membatasi kelonggaran para anggota EMU dan SPG dapat merumuskan kebijakan fiskal nasionalnya secara bersama-sama.
Teori area mata uang optimal menyatakan bahwa negara-negara yang hendak membakukan kurs atau menyatukan mata uang yang mereka harus perhatikan derajat keterkaitan perekonomian mereka yang terbentuk melaui perdagangan dan mobilabilitas faktor. Keputusan suatu negara untuk bergabung dengan suatu area mata uang optimal atau mekanisme pembakuan nilai tukar, ditentukan oleh perbedaan (selisih) antara besar kecilnya keuntungan efisiensi moneter dari tindakan penggabungan tersebut dan besar kecilnya keuntungan stabilitas ekonomi yang juga diakibatkan oleh penggabungan tersebut.
Uni Eropa tampaknya tidak memenuhi persyaratan sebagai suatu area mata uang yang optimal. Meskipun pelaksanaan program “1992” telah menghapus banyak hambatan terhadap intergasi pasar dalam uni eropa lebih terbatas dibandingkan dengan yang berlangsung di area mata uang lain yang lebih luas, seperti Amerika Serikat. Yang akhirnya tingkat pelaksanaan federalisme fiskal di lingkungan Uni Eropa juga terlalu kecil untuk melindungi negara-negara anggota dari tragedi, kesulitan atau peristiwa-peristiwa ekonomi yang negatif.


BAB 21 PASAR MODAL GLOBAL KINERJA DAN PERSOALAN KEBIJAKAN

Pasar penduduk dari berbagai negara memperdagangkan aset disebut sebagai pasar modal internasional (Internastional Capital Market). Pasar ini tidak berupa sebuah pasar tunggal saja, melainkan merupakan gabungan pasar modal di seluruh dunia yang membentuk mata rantai raksasa di mana segala macam aset Internasional diperjual-belikan. Perdagangan valuta internasional juga berlangsung di pasar ini, bahkan merupakan komponen utamanya. Para pelaku terbesar dalam pasar ini sama dengan para pelaku utama dalam pasar valuta asing, yakni bank-bank komersial, perusahaan-perusahaan raksasa, lembaga-lembaga keuangan bukan bank, bank-bank sentral, serta instansi pemerintah lainnya yang bergerak di bidang keuangan. Sama halnya dengan pasar valuta asing, berbagai kegiatan dalam pasar modal internasional berlangsung melalui suatu mata rantai pusat-pusat keuangan dunia yang dihubungkan oleh jaringan sistem komunikasi yang canggih. Aset-aset yang diperdagangkan dalam pasar tersebut juga meliputi saham dan obligasi berbagai negara, serta berbagai bentuk deposito yang terdenominasi dalam berbagai jenis mata uang.
Sejauh Mana Kinerja Modal Internasional?
Struktur pasar modal internasional yang ada saat ini mengandung risiko instabilitas yang hannya bisa dikurangi melalui kerja sama terpadu para pengawas bank dari berbagai negara. Namun di dalamnya juga terkandung banyak potensi laba yang selain menjadi motif lembaga-lembaga finasial multinasional untuk melakukan berbagai inovasi guna menembus pengawas otorita nasional, juga menyajikan berbagai manfaat bagi para konsumen. Seperti diketahui, pasar modal internasional memungkinkan penduduk berbagai negara menganekaragamkan portofolio (kepemilikan aset) mereka dengan cara tukar menukar aset-aset yang mengandung risiko. Selain itu pasar juga menyediakan informasi hangat berskala internasional mengenai berbagai peluang investasi yang menguntungkan di seluruh dunia, sehingga pasar ini membantu alokasi tabungan dunia ke sektor-sektor yang paling produktif. Bagaimana kinerja pasar modal internasional.
Pasar modal internasional adalah pasar tempat berlangsungnya perdagangan aset antar penduduk dari berbagai negara. Salah satu komponen antar-penduduk dari berbagai negara. Salah satukomponen terpentingnya adalah pasar valuta asing. Lembaga perbankan merupakan jantung modal internasional, dan banyak diantaranya yang beroperasi di luar negeri (offshore).
Secara umum, perbankan kurang mendapatkan perlindungan pemerintah dalam pencegahan kegagalan bank, seperti yang diterima oleh bank-bank domestik. Peluang yang hendak dimanfaatkan oleh bank itu dengan memperluas usahanya ke luar negeri itu sendiri telah melemahkan daya pengawasan otorita moneter nasional Sejak 1974, komite basle yang terdiri dari para regulator bank itu dengan memperluas usahanya ke luar negeri sendiri tanpa melemahkan daya pengawasan otorita moneter nasional. Kecenderungan meningkatkanya sekuritisasi memperbesar perlunya kerjasama pemantauan dan pengaturan lembaga-lembaga keuangan nonbank.
Pasar modal internasional turut memacu diversifikasi portofolio internasional sejak 1970; namun cakupan diversifikasi itu relatif kecil bila dibandingkan dengan prediksi teoritisnya. Beberapa pengamat, juga berpendapat bahwa cakupan perdagangan berjangka, diukur atas dasar neraca transaksi berjalan setiap negara, masih terlalu kecil.
Kinerja pasar pasar valuta asing dalam mengkomunikasikan sinyal-sinyal harga yang cukup tepat kepada para pedagang dan investor internasional juga sulit dikemukakan dalam satu kalimat tegas. Berbagai tes terhadap kondisi paritas suku bunga agaknya menunjukan bahwa pasar itu cenderung mengabaikan informasi yang tersedia dalam proses pembentukan kurs; tapi karena teori paritas suku bunga tidak memperhitungkan penghindaran risiko.


BAB 22 NEGARA-NEGARA BERKEMBANG: PERTUMBUHAN, KRISIS DAN REFORMASI

Sejak awal 1980-an masalah makroekonomi negara-negara yang belum maju telah menjadi masalah terberat yang paling mengancam stabilitas dan masa depan perekonomian internasional. Selama lebih dari 4 dekade sesuai dengan Perang Dunia Kedua, perdagangan antara kelompok negara maju dengan kelompok negara yang belum maju (biasa disebut negara-negara belum berkembang) dan pinjaman pokok kedua dari kelompok pertama telahmeningkat tajam.
Pendapatan, Kemakmuran, Dan Pertumbuhan dalam Perekonomian Dunia
Kemiskinan adalah masalah mendasar yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Bagaimana melepaskan diri dari kemiskinan itulah yang menjadi dasar tantangan ekonomi dan politik yang utama. Dibandingkan negara-negara industri, negara-negara berkembang begitu miskin akan faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk membangun perindustrian modern, khususnya modal dan tenaga kerja terampil. Kelangkaan faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk membangun produksi inilah yang menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan per kapita sekaligus menghambat negara berkembang begitu miskin akan faktor – faktor produksi yang dibutuhkan untuk membangun perindustrian modern, khususnya modal. Instabilitas politik, tak terjaminnya hak-hak kepemilikan dan kebijakan-kebijakan ekonomi yang salah arah acapkali menyurutkan arus investasi modal dan keahlian.
Sifat-sifat Struktural Negara Berkembang
Negara berkembang yang mereformasikan ekonominya sehingga struktural kian menyerupai apa yang ada dalam perekonomian negara-negara industri maju. Meskipun demikian prosesnya sendiri belum rampung, dan masih banyak negara berkembang yang struktur ekonominya dicirikan oleh paling tidak sebagian dari unsur-unsur berikut ini:
a. Adanya sejarah control langsung pemerintah yang luas dalam perekonomian, termasuk pembatasan terhadap perdagangan internasional, kepemilikan pemerintah dalam berbagai perusahaan industri besar, kontrol pemerintah terhadap transaksi-transaksi keuangan internal dan besarnya belanja pemerintah sebagai persentase GNP. Cakupan atau tingkatan hal-hal tersebut berbeda di tiap negara-negara berkembang.
b. Adanya sejumlah inflasi yang tinggi.
c. Pasar financial domestic yang rapuh
d. Kurs biasanya dibakukan, atau paling tidak dikendalikan secara ketat, oleh pemerintah.
e. Produk alam atau produk pertanian merupakan bagian penting dari ekspor banyak negara berkembang.
f. Keperluan untuk menghindari kontrol, pajak atau peraturan pemerintah mudah menumbuhkan praktek-praktek korupsi, mulai dari penyuapan, penggelapan, hingga pemerasan.
Berbagai Bentuk Arus Masuk Modal
Apabila negara-negara berkembang mengalami defisit neraca transaksi berjalan, ia harus menjual aset-asetnya kepada luar negeri untuk menutup kekurangan pendapatan bagi pembelanjaanya . Dari penjualan aset ini secara sederhana diistilahkan penarikan pinjaman. Tapi sebenarnya arus modal masuk permodalan untuk membiayai defisit negara berkembang itu ( juga defisit negara manapun) terdiri dari beberapa bentuk. Perbedaan antara masing-masing bentuk itu perlu diketahui karena masing-masing menimbulkan kewajiban yang berbeda-beda bagi pihak penerima pinjaman. Ada lima pokok bentuk, yaitu:
a. Penerbitan Obligasi
b. Kredit Bank
c. Bantuan Resmi
d. Investasi luar negeri langsung
e. Investasi portofolio dalam kelemilikan perusahaan

Tingkat kesejahteraan dan pendapatan per kapita antar negara sangat bervariasi, sesui dengan tingkat kemajuan pembangunan ekonominya. Di antara negara-negara berkembang sendiri sudah tercipta banyak perbedaan. Sebagian mulai maju pesat dan mengejar ketertinggalannya dari negara maju, seperti beberapa negara asia timur sejak 1960-an; sedangkan sebagian lagi yang lebih banyak tetap stagnan atau bahkan kian terpuruk.
Negara – negara berkembang merupakan sebuah kelompok yang heterogen, terutama karena banyak diantaranya yang mulai melakukan reformasi ekonomi secara besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir ini. Namun kebanyakan dari mereka memiliki semua atau sebagian dari ciri-ciri ini: peran aktif pemerintah dalam perekonomian; besarnya pangsa belanja public dalam GNP; sejarah inflasi yang tinggi, yang biasanya mencerminkan upaya pemerintahannya memanfaatkan seigniorage akibat belum efektifnya sistem perpajakan; lemahnya lembaga-lembaga kredit dan belum cukup berkembangnya pasar modal; pengalaman penerapan kurs baku atau kontrol permodalan.

1 komentar: